KEINDAHAN MANHAJ SALAFUSH SHALIH

Janji Allah bagi para pengikut setia Salafus Shalih
Allah ta’ala berfirman,

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

“Orang-orang yang terdahulu dan pertama-tama -berjasa kepada Islam- dari kalangan Muhajirin dan Anshar, beserta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Allah mempersiapkan untuk mereka surga-surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di sana selama-lamanya. Itulah kemenangan yang sangat besar.” (QS. at-Taubah : 100)

Meyakini bahwa petunjuk merupakan karunia dari Allah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ هُوَ ابْنُ حَازِمٍ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ يَنْقُلُ مَعَنَا التُّرَابَ وَهُوَ يَقُولُ
وَاللَّهِ لَوْلَا اللَّهُ مَا اهْتَدَيْنَا وَلَا صُمْنَا وَلَا صَلَّيْنَا
فَأَنْزِلَنْ سَكِينَةً عَلَيْنَا وَثَبِّتْ الْأَقْدَامَ إِنْ لَاقَيْنَا
وَالْمُشْرِكُونَ قَدْ بَغَوْا عَلَيْنَا إِذَا أَرَادُوا فِتْنَةً أَبَيْنَا

Abu an-Nu’man menuturkan kepada kami. Dia berkata; Jarir yaitu Ibnu Hazim mengabarkan kepada kami dari Abu Ishaq dari al-Barra’ bin Azib -radhiyallahu’anhu, dia berkata; Aku melihat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat perang Khandaq mengangkut tanah bersama kami sambil mengatakan,
Demi Allah, kalau bukan karena Allah maka kami tidak akan mendapat petunjuk
Kami tidak berpuasa, tidak juga sholat
Maka turunkanlah ketenangankepada kami
Kokohkan pijakan kaki tatkala musuh menyerang kami
Orang-orang musyrik sungguh telah mengkhianati kami
Jika mereka menginginkan fitnah, tentu kami enggan untuk menuruti
(HR. Bukhari dalam Kitab al-Qadar, bab Wa maa kunnaa linahtadiya aula an hadaanallah)

Menjunjung tinggi ilmu
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ عُفَيْرٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ عَنْ يُونُسَ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ قَالَ قَالَ حُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ خَطِيبًا يَقُولُ سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الْأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

Sa’id bin Ufair menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ibnu Wahb menuturkan kepada kami dari Yunus dari Ibnu Syihab, dia berkata; Humaid bin Abdurrahman mengatakan; Aku mendengar ketika Mu’awiyah berceramah dia mengatakan; Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah maka akan dipahamkan dalam hal agama. Sesungguhnya aku hanyalah orang yang membagi-bagi sedangkan Allah lah Yang Maha pemberi. Umat ini akan senantiasa tegak di atas ketetapan Allah, tidaklah membahayakan mereka orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang ketetapan Allah.” (HR. Bukhari di dalam Kitab al-’Ilm, bab Man yuridillahu bihi khairan yufaqqihhu fid dien).

Tidak menyembunyikan ilmu kecuali ada maslahat yang lebih kuat
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ وَلَوْلَا آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا ثُمَّ يَتْلُو { إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنْ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى إِلَى قَوْلِهِ الرَّحِيمُ } إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنْ الْمُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمْ الصَّفْقُ بِالْأَسْوَاقِ وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنْ الْأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمْ الْعَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ وَيَحْضُرُ مَا لَا يَحْضُرُونَ وَيَحْفَظُ مَا لَا يَحْفَظُونَ

Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik menuturkan kepadaku dari Ibnu Syihab dari al-A’raj dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dia berkata, “Sesungguhnya orang-orang mengatakan bahwa Abu Hurairah banyak sekali meriwayatkan hadits. Kalau bukan karena dua buah ayat di dalam Kitabullah maka niscaya aku tidak akan menyampaikan satu hadits pun.” Lalu beliau membaca ayat (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk… sampai firman-Nya; Yang Maha penyayang.” “Sesungguhnya saudara-saudara kami dari kaum Muhajirin sibuk dengan berdagang di pasar-pasar dan saudara-saudara kami dari kaum Anshar sibuk dengan pekerjaan mereka dalam mengurus harta-harta mereka, sedangkan Abu Hurairah selalu menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan perut yang merasa kenyang, dia hadir ketika mereka tidak hadir, dan dia hafal ketika mereka tidak menghafalnya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab Hifzhul ilmi)

Memperhatikan kemaslahatan kaum muslimin
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا مُعْتَمِرٌ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي قَالَ سَمِعْتُ أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ قَالَ ذُكِرَ لِي أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لِمُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ مَنْ لَقِيَ اللَّهَ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قَالَ أَلَا أُبَشِّرُ النَّاسَ قَالَ لَا إِنِّي أَخَافُ أَنْ يَتَّكِلُوا

Musaddad menuturkan kepada kami. Dia berkata; Mu’tamir menuturkan kepada kami. Dia berkata; Aku mendengar bapakku berkata; Aku mendengar Anas bin Malik -radhiyallahu’anhu- mengatakan; disebutkan kepadaku bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa allam berkata kepada Mu’adz bin Jabal, “Barangsiapa yang berjumpa dengan Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan apa pun maka dia pasti akan masuk ke dalam surga.” Maka Mu’adz berkata, “Apakah tidak sebaiknya kabar gembira ini kusebarkan kepada orang-orang?”. Maka Nabi menjawab, “Jangan, aku khawatir nanti mereka akan menggantungkan angan-angan dan meninggalkan amal.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab Man khassha bil ‘ilmi qauman duna qaumin karahiyata anlaa yafhamuu).

Bersemangat untuk mempelajari hadits
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي سُلَيْمَانُ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَبِي عَمْرٍو عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ

Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Sulaiman menuturkan kepadaku dari Amr bin Abi Amr dari Sa’id bin Abi Sa’id al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa dia mengatakan; suatu ketika ada yang bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berbahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat kelak?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sungguh aku telah mengira wahai Abu Hurairah, bahwa tidak ada yang akan menanyakan mengenai hadits ini seorang pun yang lebih dahulu daripada engkau, sebab aku melihat besarnya semangatmu untuk mempelajari hadits. Orang yang paling berbahagia dengan syafa’atku pada hari kiamat kelak adalah orang yang mengatakan la ilaha illallah ikhlas dari dalam hati atau jiwanya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab al-Hirsh ‘alal hadits).

Berhati-hati dalam meriwayatkan hadits Nabi
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ الْجَعْدِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ قَالَ أَخْبَرَنِي مَنْصُورٌ قَالَ سَمِعْتُ رِبْعِيَّ بْنَ حِرَاشٍ يَقُولُ سَمِعْتُ عَلِيًّا يَقُولُ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَكْذِبُوا عَلَيَّ فَإِنَّهُ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ فَلْيَلِجْ النَّارَ

Ali bin al-Ja’d menuturkan kepada kami. Dia berkata; Syu’bah mengabarkan kepada kami. Dia berkata; Manshur mengabarkan kepadaku, dia berkata Aku mendengar Rib’i bin Hirasy mengatakan; Aku mendengar Ali -radhiyallahu’anhu- mengatakan; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah kalian berdusta atas namaku. Barangsiapa yang berdusta atas namaku hendaklah dia masuk ke dalam neraka.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-’Ilm, bab Itsmu man kadzdzaba ‘alan Nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallam).

Berpegang teguh dengan hadits tatkala berkecamuknya fitnah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ الْهَيْثَمِ حَدَّثَنَا عَوْفٌ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ قَالَ لَقَدْ نَفَعَنِي اللَّهُ بِكَلِمَةٍ أَيَّامَ الْجَمَلِ لَمَّا بَلَغَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ فَارِسًا مَلَّكُوا ابْنَةَ كِسْرَى قَالَ لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمْ امْرَأَةً

Utsman bin al-Haitsam menuturkan kepada kami. Dia berkata; Auf menuturkan kepada kami dari al-Hasan dari Abu Bakrah -radhiyallahu’anhu-, dia mengatakan; Sungguh Allah telah memberikan manfaat kepadaku dengan suatu kalimat di saat-saat terjadinya perang Jamal, yaitu ucapan yang terlontar ketika sampai kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berita bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisra sebagai raja mereka, maka beliau bersabda, “Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka di bawah pimpinan perempuan.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Fitan, bab al-Fitnatu alati tamuju kamaujil bahri)

Menerima hadits ahad dalam hal hukum maupun aqidah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ بَيْنَا النَّاسُ بِقُبَاءٍ فِي صَلَاةِ الصُّبْحِ إِذْ جَاءَهُمْ آتٍ فَقَالَ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدْ أُنْزِلَ عَلَيْهِ اللَّيْلَةَ قُرْآنٌ وَقَدْ أُمِرَ أَنْ يَسْتَقْبِلَ الْكَعْبَةَ فَاسْتَقْبِلُوهَا وَكَانَتْ وُجُوهُهُمْ إِلَى الشَّأْمِ فَاسْتَدَارُوا إِلَى الْكَعْبَةِ

Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik menuturkan kepadaku dari Abdullah bin Dinar dari Abdullah bin Umar -radhiyallahu’anhuma- dia berkata; Ketika orang-orang berada di Quba’ sedang melakukan sholat Subuh tiba-tiba ada seorang lelaki yang datang dan mengatakan, “Sesungguhnya telah turun ayat al-Qur’an kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semalam dan beliau diperintahkan untuk sholat menghadap ke Ka’bah, maka menghadaplah kalian ke arah sana.” Ketika itu wajah mereka menghadap ke Syam -Baitul Maqdis- maka kemudian mereka pun berputar menuju arah Ka’bah (HR. Bukhari dalam Kitab Akhbar al-Ahad, bab Maa jaa’a fi ijaazati khabaril wahid)

Memprioritaskan dakwah tauhid
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو كُرَيْبٍ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ جَمِيعًا عَنْ وَكِيعٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ زَكَرِيَّاءَ بْنِ إِسْحَقَ قَالَ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ صَيْفِيٍّ عَنْ أَبِي مَعْبَدٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ أَبُو بَكْرٍ رُبَّمَا قَالَ وَكِيعٌ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ مُعَاذًا قَالَ بَعَثَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّكَ تَأْتِي قَوْمًا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ فِي فُقَرَائِهِمْ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ فَإِيَّاكَ وَكَرَائِمَ أَمْوَالِهِمْ وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ

Abu Bakr bin Abi Syaibah, Abu Kuraib, dan Ishaq bin Ibrahim menuturkan kepada kami, semuanya dari Waki’. Abu Bakar mengatakan; Waki’ menuturkan kepada kami dari Zakariya bin Ishaq, dia berkata Yahya bin Abdullah bin Shaifi menuturkan kepadaku dari Abu Ma’bad dari Ibnu ‘Abbas dari Mu’adz bin Jabal. Abu Bakar -perawi hadits- terkadang mengatakan; Waki’ mengatakan dari Ibnu Abbas bahwa Mu’adz berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutusku, beliau bersabda, “Sesungguhnya kamu akan menemui suatu kaum dari kalangan ahli kitab, maka ajaklah mereka kepada syahadat la ilaha illallah dan untuk mempersaksikan bahwa aku adalah utusan Allah. Kemudian apabila mereka telah mematuhinya maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan kepada mereka lima kali sholat wajib dalam setiap sehari semalam. Kemudian apabila mereka pun sudah mematuhinya maka ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah juga mewajibkan kepada mereka sedekah/zakat yang diambil dari orang-orang kaya di antara mereka untuk dibagikan kepada orang-orang miskin di antara mereka. Kemudian apabila mereka mematuhinya, maka hati-hatilah kamu agar tidak mengambil harta-harta mereka yang paling berharga, dan jagalah dirimu dari doanya orang yang terzalimi, karena sesungguhnya tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).

Menjauhi syirik dan kezaliman
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ وَأَبُو مُعَاوِيَةَ وَوَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا نَزَلَتْ { الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ } شَقَّ ذَلِكَ عَلَى أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالُوا أَيُّنَا لَا يَظْلِمُ نَفْسَهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ هُوَ كَمَا تَظُنُّونَ إِنَّمَا هُوَ كَمَا قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ { يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ }

Abu Bakar bin Abi Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdullah bin Idris, Abu Mu’awiyah dan Waki’ menuturkan kepada kami dari al-A’masy dari Ibrahim dari Alqomah dari Abdullah, dia berkata; Ketika turun ayat (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman.” Maka hal itu terasa berat bagi para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka mengadu, “Siapakah di antara kami ini yang tidak menzalimi dirinya sendiri?”. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maksudnya bukanlah seperti yang kalian kira. Sesungguhnya yang dimaksud oleh ayat itu adalah sebagaimana yang dikatakan oleh Luqman kepada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu berbuat syirik kepada Allah, sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang sangat besar.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Meyakini kafirnya Yahudi dan Nasrani
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنِي يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى أَخْبَرَنَا ابْنُ وَهْبٍ قَالَ وَأَخْبَرَنِي عَمْرٌو أَنَّ أَبَا يُونُسَ حَدَّثَهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

Yunus bin Abdul A’la menuturkan kepadaku. Dia berkata; Ibnu Wahb mengabarkan kepada kami. Dia berkata; Amr mengabarkan kepadaku bahwa Abu Yunus menuturkan kepadanya dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda, “Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidaklah ada seorang pun yang mendengar kenabianku dari umat ini baik dari kalangan Yahudi ataupun Nasrani kemudian dia mati dalam keadaan belum beriman dengan ajaran yang kubawa kecuali dia pasti termasuk penghuni neraka.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Tidak mengikuti kesesatan ala Yahudi dan Nasrani
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ الْعَزِيزِ حَدَّثَنَا أَبُو عُمَرَ الصَّنْعَانِيُّ مِنْ الْيَمَنِ عَنْ زَيْدِ بْنِ أَسْلَمَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَتَتْبَعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا شِبْرًا وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا جُحْرَ ضَبٍّ تَبِعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ

Muhammad bin Abdul Aziz menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Umar as-Shon’ani dari Yaman menuturkan kepada kami dari Zaid bin Aslam dari Atho’ bin Yasar dari Abu Sa’id al-Khudri -radhiyallahu’anhu- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sungguh kalian juga akan mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang pernah dilakukan oleh orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai-sampai kalau mereka masuk ke dalam lubang Dhobb -sejenis biawak- niscaya ada pula di antara kalian yang akan mengikuti mereka.” Kami berkata, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu Yahudi dan Nasrani?”. Beliau menjawab, “Kalau bukan, siapa lagi?”. (HR. Bukhari dalam Kitab al-I’tishom bil Kitab wa Sunnah, bab qaulin Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam latatba’unna sanana man kaana qoblakum)

Lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ أَبِي عُمَرَ وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ الثَّقَفِيِّ قَالَ ابْنُ أَبِي عُمَرَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ مَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Ishaq bin Ibrahim, Muhammad bin Yahya bin Abi Umar, dan Muhammad bin Basyar mereka semua menuturkan kepada kami dari ats-Tsaqafi. Dia berkata; Ibnu Abi Umar mengatakan; Abdul Wahhab menuturkan kepada kami dari Ayub dari Abu Qilabah dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tiga perkara, barangsiapa yang memiliki ketiganya maka dia akan merasakan manisnya iman. Orang yang lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya daripada selain keduanya. Dan dia tidak mencintai orang lain melainkan ikhlas karena Allah semata. Dan dia juga membenci kembali kepada kekafiran setelah Allah selamatkan dia darinya sebagaimana orang yang merasa benci apabila hendak dilemparkan ke dalam kobaran api.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Mencintai para sahabat Nabi
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ جَبْرٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آيَةُ الْمُنَافِقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ الْمُؤْمِنِ حُبُّ الْأَنْصَارِ

Muhammad bin al-Mutsanna menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdurrahman bin Mahdi menuturkan kepada kami dari Syu’bah dari Abdullah bin Abdullah bin Jabr, dia berkata; Aku mendengar Anas -radhiyallahu’anhu- berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tanda orang munafik adalah membenci kaum Anshar, dan tanda orang beriman adalah mencintai kaum Anshar.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Teguh di atas Sunnah meskipun harus menyelisihi orang banyak
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَّادٍ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ جَمِيعًا عَنْ مَرْوَانَ الْفَزَارِيِّ قَالَ ابْنُ عَبَّادٍ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ عَنْ يَزِيدَ يَعْنِي ابْنَ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ

Muhammad bin ‘Abbad dan Ibnu Abi Umar menuturkan kepada kami, semuanya dari Marwan al-Fazari, Ibnu Abbad mengatakan; Marwan menuturkan kepada kami, dari Yazid yaitu Ibnu Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Islam itu datang dalam keadaan asing dan ia akan kembali menjadi asing sebagaimana datangnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing itu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Memurnikan niat dalam beramal agar selalu ikhlas karena Allah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ بْنِ وَقَّاصٍ عَنْ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَلِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

Abdullah bin Maslamah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik mengabarkan kepada kami dari Yahya bin Sa’id dari Muhammad bin Ibrahim dari Alqomah bin Waqqash dari Umar -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seluruh amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan dibalas sesuai dengan niatnya. Barangsiapa yang hijrahnya karena menaati Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa yang hijrahnya karena menginginkan perkara dunia atau perempuan yang ingin dinikahinya maka hijrahnya hanya akan memperoleh apa yang dia niatkan.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Maa jaa’a innal a’mal bin niyah wal hisbah wa likullimri’in maa nawa)

Tidak mengungkit-ungkit pemberian
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ عَنْ عَلِيِّ بْنِ مُدْرِكٍ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ خَرَشَةَ بْنِ الْحُرِّ عَنْ أَبِي ذَرٍّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثَةٌ لَا يُكَلِّمُهُمْ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ قَالَ فَقَرَأَهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مِرَارًا قَالَ أَبُو ذَرٍّ خَابُوا وَخَسِرُوا مَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْمُسْبِلُ وَالْمَنَّانُ وَالْمُنَفِّقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلِفِ الْكَاذِبِ

Abu Bakr bin Abi Syaibah, Muhammad bin al-Mutsanna, dan Ibnu Basyar menuturkan kepada kami. Mereka berkata; Muhammad bin Ja’far menuturkan kepada kami dari Syu’bah dari Ali bin Mudik dari Abu Zur’ah dari Kharasyah bin al-Hurr dari Abu Dzar -radhiyallahu’anhu- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Ada tiga kelompok manusia yang tidak diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat, tidak akan diperhatikan dan tidak akan disucikan, serta mereka berhak menerima siksa yang sangat pedih.” Abu Dzar berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengucapkan perkataan itu sebanyak tiga kali. Lalu Abu Dzar mengatakan, “Sungguh rugi dan binasa mereka itu, siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”. Maka beliau menjawab, “Orang yang menjulurkan pakaiannya/musbil, orang yang suka mengungkit-ungkit pemberian, dan orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah palsu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).

Khawatir amalnya tidak diterima
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

قَالَ إِبْرَاهِيمُ التَّيْمِيُّ مَا عَرَضْتُ قَوْلِي عَلَى عَمَلِي إِلَّا خَشِيتُ أَنْ أَكُونَ مُكَذِّبًا وَقَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ أَدْرَكْتُ ثَلَاثِينَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّهُمْ يَخَافُ النِّفَاقَ عَلَى نَفْسِهِ مَا مِنْهُمْ أَحَدٌ يَقُولُ إِنَّهُ عَلَى إِيمَانِ جِبْرِيلَ وَمِيكَائِيلَ وَيُذْكَرُ عَنْ الْحَسَنِ مَا خَافَهُ إِلَّا مُؤْمِنٌ وَلَا أَمِنَهُ إِلَّا مُنَافِقٌ

Ibrahim at-Taimi mengatakan, “Tidaklah aku membandingkan antara ucapanku dengan amal yang telah aku lakukan melainkan aku merasa khawatir apabila ternyata aku adalah seorang yang mendustakan -amalnya menyelisihi ucapannya-.” Ibnu Abi Mulaikah mengatakan, “Aku telah bertemu dengan tiga puluh orang Sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sedangkan mereka semua merasa takut dirinya tertimpa kemunafikan, tidak ada seorang pun di antara mereka yang mengatakan bahwa dia memiliki iman sebagaimana yang dimiliki oleh Jibril dan Mika’il.” Dan diriwayatkan pula dari al-Hasan bahwa beliau mengatakan, “Tidaklah merasa takut akan hal itu kecuali seorang mukmin, dan tidaklah merasa aman dari tertimpa hal itu kecuali orang munafik.” (HR. Bukhari secara mu’allaq di dalam Kitab al-Iman, bab Khauful mu’min anyahbitha ‘amaluhu wahuwa laa yasy’ur)

Tidak meremehkan dosa dan pelanggaran
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو الْوَلِيدِ حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ عَنْ غَيْلَانَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ إِنَّكُمْ لَتَعْمَلُونَ أَعْمَالًا هِيَ أَدَقُّ فِي أَعْيُنِكُمْ مِنْ الشَّعَرِ إِنْ كُنَّا لَنَعُدُّهَا عَلَى عَهْدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ الْمُوبِقَاتِ قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ يَعْنِي بِذَلِكَ الْمُهْلِكَاتِ

Abul Walid menuturkan kepada kami. Dia berkata; Mahdi menuturkan kepada kami dari Ghailan dari Anas radhiyallahu’anhu, dia mengatakan, “Sesungguhnya kalian akan melakukan perbuatan-perbuatan yang di dalam pandangan kalian hal itu lebih ringan daripada rambut namun dalam pandangan kami dulu di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam hal itu termasuk perkara yang mencelakakan.” Abu Abdillah -yaitu Imam Bukhari- mengatakan, “Yang dimaksud perkara yang mencelakakan adalah yang membinasakan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab Maa yuttaqa min muhaqqiratidz dzunub)

Berusaha melakukan yang terbaik tapi tidak berlebih-lebihan
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا عَبْدُ السَّلَامِ بْنُ مُطَهَّرٍ قَالَ حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ عَلِيٍّ عَنْ مَعْنِ بْنِ مُحَمَّدٍ الْغِفَارِيِّ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ

Abdussalam bin Muthahhir menuturkan kepada kami. Dia berkata; Umar bin Ali menuturkan kepada kami dari Ma’n bin Muhammad al-Ghifari dari Sa’id bin Abu Sa’id al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Sesungguhnya ajaran agama ini mudah. Tidaklah ada seorang pun yang berlebih-lebihan -mempersulit diri- dalam melakukan ajaran agama ini kecuali dia pasti kalah. Beramallah sesempurna mungkin, -kalau tidak sanggup maka- upayakan agar mendekati ideal. Berikan kabar gembira, dan mintalah pertolongan -kepada Allah- dengan berangkat -untuk beramal- di awal dan di akhir siang, dan manfaatkanlah sedikit waktu di akhir malam.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab ad-Diin yusrun)

Kontinyu dalam beramal
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ عَنْ مَالِكٍ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ كَانَ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الَّذِي يَدُومُ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ

Qutaibah menuturkan kepada kami dari Malik dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Aisyah -radhiyallahu’anha- dia berkata, “Amal -kebaikan- yang paling disukai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang dilakukan secara terus menerus oleh pelakunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab al-Qashdu wal mudawamah’alal ‘amal)

Memiliki pandangan jauh ke depan
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حُجِبَتْ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ وَحُجِبَتْ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ

Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; Malik menuturkan kepadaku dari Abu Zinad dari al-A’raj dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Neraka itu diliputi dengan hal-hal yang menyenangkan, sedangkan surga itu diliputi dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab Hujibatin naar bisy syahawat)

Bersemangat dalam meraih keutamaan
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ وَمُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ قَالَا حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ حَدَّثَنَا ابْنُ شِهَابٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيَّبِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ فَقَالَ إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ حَجٌّ مَبْرُورٌ

Ahmad bin Yunus dan Musa bin Isma’il menuturkan kepada kami. Mereka berdua berkata; Ibrahim bin Sa’d menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ibnu Syihab menuturkan kepada kami dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya mengenai amal apakah yang lebih utama, maka beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Lalu ditanyakan lagi, “Kemudian apa?”. Beliau menjawab, “Berjihad di jalan Allah.” Lalu ditanyakan, “Kemudian apa?”. Maka beliau menjawab, “Haji mabrur.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Man qola innal iman huwal ‘amal)

Bertawakal kepada Allah
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنِي إِسْحَاقُ حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ قَالَ سَمِعْتُ حُصَيْنَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ كُنْتُ قَاعِدًا عِنْدَ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ فَقَالَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ هُمْ الَّذِينَ لَا يَسْتَرْقُونَ وَلَا يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Ishaq menuturkan kepadaku. Dia berkata; Rauh bin Ubadah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Syu’bah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Aku mendengar Hushain bin Abdurrahman mengatakan; Dahulu saya duduk di sisi Sa’id bin Jubair, maka dia mengatakan dari Ibnu Abbas -radhiyallahu’anhuma- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Akan masuk ke dalam surga di antara umatku tujuh puluh ribu orang tanpa hisab, mereka itu adalah orang-orang yang tidak meminta diruqyah, tidak beranggapan sial (tathayyur), dan mereka hanya bertawakal kepada Rabb mereka.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab W aman yatawakkal ‘alallah fahuwa hasbuh)

Tidak rela menjual agama demi mendapatkan kesenangan dunia
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ قَالَ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِي كَافِرًا أَوْ يُمْسِي مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنْ الدُّنْيَا

Yahya bin Ayub, Qutaibah, dan Ibnu Hujr menuturkan kepadaku, semuanya dari Isma’il bin Ja’far, Yahya bin Ayyub berkata; Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; al-’Alla’ mengabarkan kepadaku dari bapaknya dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersegeralah dalam melakukan amalan sebelum datangnya fitnah-fitnah seperti potongan malam yang gelap gulita; ketika itu seorang di waktu pagi masih beriman namun di sore harinya menjadi kafir, atau di waktu sore dia masih beriman kemudian di pagi harinya dia menjadi kafir. Dia rela menjual agamanya demi mendapatkan sekeping kesenangan dunia.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).

Tetap taat kepada penguasa muslim selama tidak untuk bermaksiat
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

Qutaibah bin Sa’id menuturkan kepada kami. Dia berkata; Laits menuturkan kepada kami dari Ubaidillah dari Nafi’ dari Ibnu Umar -radhiyallahu’anhuma- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan patuh -kepada penguasa- dalam perkara yang dia senangi atau yang dibencinya, kecuali apabila dia diperintahkan untuk bermaksiat. Apabila dia diperintahkan untuk bermaksiat maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah)

Tidak berambisi kepada jabatan
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنَا شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ أُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا

Syaiban bin Farrukh menuturkan kepada kami. Dia berkata; Jari bin Hazim menuturkan kepada kami. Dia berkata; al-Hasan menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdurrahman bin Samurah -radhiyallahu’anhu- menuturkan kepada kami, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepadaku, “Wahai Abdurrahman, janganlah kamu meminta jabatan kepemimpinan. Sesungguhnya apabila kamu diberikan jabatan itu karena memintanya maka kamu tidak akan dibantu menunaikannya, namun apabila kamu diberikan hal itu tanpa sengaja memintanya maka kamu akan dibantu menunaikannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Imarah).

Menjauhi dosa-dosa besar
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ وَقَالَ عُثْمَانُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ شُرَحْبِيلَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلَّهِ نِدًّا وَهُوَ خَلَقَكَ قَالَ قُلْتُ لَهُ إِنَّ ذَلِكَ لَعَظِيمٌ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تَقْتُلَ وَلَدَكَ مَخَافَةَ أَنْ يَطْعَمَ مَعَكَ قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ ثُمَّ أَنْ تُزَانِيَ حَلِيلَةَ جَارِكَ

Utsman bin Abi Syaibah dan Ishaq bin Ibrahim menuturkan kepada kami, Ishaq berkata; Jarir mengabarkan kepada kami, sedangkan Utsman mengatakan; Jari menuturkan kepada kami dari Manshur dari Abu Wa’il dari Amr bin Syurahbil dari Abdullah, dia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila kamu menjadikan sekutu bagi Allah padahal Dia lah yang menciptakanmu.” Abdullah mengatakan, “Aku berkata kepada beliau, ‘Sesungguhnya itu adalah dosa yang sangat besar.’.” Abdullah berkata, “Aku berkata; kemudian apa?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila kamu membunuh anakmu karena takut dia ikut makan bersamamu.” Abdullah berkata, “Lalu apa lagi?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu apabila kamu berzina dengan isteri tetanggamu.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Senang apabila saudaranya mendapatkan kebaikan, tidak dengki kepadanya
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Musaddad menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yahya menuturkan kepada kami dari Syu’bah dari Qatadah dari Anas radhiyallahu’anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, diriwayatkan pula dari Husain al-Mu’allim, dia berkata; Qatadah menuturkan kepada kami dari Anas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak sempurna keimanan salah seorang dari kalian sampai dia mencintai bagi saudaranya -kebaikan- yang dicintainya untuk dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Minal iman anyuhibba liakhihi maa yuhibbu linafsihi)

Menghargai orang lain dan tunduk kepada kebenaran
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

و حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ وَإِبْرَاهِيمُ بْنُ دِينَارٍ جَمِيعًا عَنْ يَحْيَى بْنِ حَمَّادٍ قَالَ ابْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبَانَ بْنِ تَغْلِبَ عَنْ فُضَيْلٍ الْفُقَيْمِيِّ عَنْ إِبْرَاهِيمَ النَّخَعِيِّ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

Muhammad bin al-Mutsanna, Muhammad bin Basyar, dan Ibrahim bin Dinar menuturkan kepada kami, semuanya dari Yahya bin Hammad, Ibn al-Mutsanna mengatakan; Yahya bin Hammad menuturkan kepadaku. Dia berkata; Syu’bah mengabarkan kepada kami dari Aban bin Taghlib dari Fudhail al-Fuqaimi dari Ibrahim an-Nakha’i dari Alqomah dari Abdullah bin Mas’ud -radhiyallahu’anhu- dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walaupun hanya sekecil anak semut.” Maka ada seorang yang berkata, “Sesungguhnya seseorang menyukai apabila dia mempunyai pakaian yang bagus dan sandal yang bagus, lalu bagaimana?”. Maka beliau mengatakan, “Sesungguhnya Allah itu Maha indah dan menyukai keindahan, hakikat sombong itu adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman).

Berkata-kata baik atau diam
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنِي عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلَا يُؤْذِ جَارَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ

Abdul Aziz bin Abdullah menuturkan kepadaku. Dia berkata; Ibrahim bin Sa’d menuturkan kepada kami dari Ibnu Syihab dari Abu Salamah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka ucapkanlah yang baik atau diam. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah dia menyakiti tetangganya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tamunya.” (HR. Bukhari dalam Kitab ar-Riqaq, bab Hifzhul lisan)

Tidak menyakiti saudaranya tanpa hak
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ الْقُرَشِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو بُرْدَةَ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي بُرْدَةَ عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْإِسْلَامِ أَفْضَلُ قَالَ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

Sa’id bin Yahya bin Sa’id al-Qurasyi menuturkan kepada kami. Dia berkata; Ayahku menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abu Burdah bin Abdullah bin Abu Burdah menuturkan dari Abu Burdah dari Abu Musa radhiyallahu’anhu, dia berkata; Mereka -para sahabat- berkata, “Wahai Rasulullah, Islam yang manakah yang lebih utama?”. Maka beliau menjawab, “Yaitu keislaman orang yang dapat membuat orang Islam lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Ayyul Islam afdhal)

Tidak mengadu domba saudaranya
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Sahihnya :

و حَدَّثَنِي شَيْبَانُ بْنُ فَرُّوخَ وَعَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ أَسْمَاءَ الضُّبَعِيُّ قَالَا حَدَّثَنَا مَهْدِيٌّ وَهُوَ ابْنُ مَيْمُونٍ حَدَّثَنَا وَاصِلٌ الْأَحْدَبُ عَنْ أَبِي وَائِلٍ عَنْ حُذَيْفَةَ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَجُلًا يَنُمُّ الْحَدِيثَ فَقَالَ حُذَيْفَةُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ

Syaiban bin Farrukh dan Abdullah bin Asma’ ad-Dhuba’i menuturkan kepadaku, mereka berdua berkata Mahdi yaitu Ibnu Maimun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Washil al-Ahdab menuturkan kepada kami dari Abu Wa’il dari Hudzaifah bahwa telah sampai kepadanya ada seorang lelaki yang suka mengadu domba ucapan, maka Hudzaifah -radhiyallahu’anhu- pun mengatakan; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Tidak mengganggu tetangga
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ وَعَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ جَمِيعًا عَنْ إِسْمَعِيلَ بْنِ جَعْفَرٍ قَالَ ابْنُ أَيُّوبَ حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ قَالَ أَخْبَرَنِي الْعَلَاءُ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لَا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ

Yahya bin Ayub, Qutaibah bin Sa’id, dan Ali bin Hujr mereka semua menuturkan kepada kami dari Isma’il bin Ja’far, Ibnu Ayyub berkata; Isma’il menuturkan kepada kami. Dia berkata; al-’Alla’ mengabarkan kepada saya dari bapaknya dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu- bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak bisa merasa aman dari gangguan-gangguannya.” (HR. Muslim dalam Kitab al-Iman)

Menjauhi perkara syubhat
Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya :

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ النُّعْمَانَ بْنَ بَشِيرٍ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ الْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ بَيِّنٌ وَبَيْنَهُمَا مُشَبَّهَاتٌ لَا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ فَمَنْ اتَّقَى الْمُشَبَّهَاتِ اسْتَبْرَأَ لِدِينِهِ وَعِرْضِهِ وَمَنْ وَقَعَ فِي الشُّبُهَاتِ كَرَاعٍ يَرْعَى حَوْلَ الْحِمَى يُوشِكُ أَنْ يُوَاقِعَهُ أَلَا وَإِنَّ لِكُلِّ مَلِكٍ حِمًى أَلَا إِنَّ حِمَى اللَّهِ فِي أَرْضِهِ مَحَارِمُهُ أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

Abu Nu’aim menuturkan kepada kami. Dia berkata; Zakariya menuturkan kepada kami dari Amir, dia berkata; Aku mendengar an-Nu’man bin Basyir -radhiyallahu’anhuma- mengatakan; Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perkar yang halal itu jelas dan perkara yang haram itu jelas, sedangkan di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang samar dan banyak orang yang tidak mengetahui hukumnya. Barangsiapa yang menjaga diri dari perkara-perkara yang samar tersebut maka dia telah menjaga kebersihan agama dan harga dirinya. Dan barangsiapa yang terjerumus dalam perkara-perkara yang samar tersebut maka ia sebagaimana halnya seorang penggembala yang menggembala di sekitar daerah larangan hampir-hampir saja dia menerjangnya. Ketahuilah, sesungguhnya setiap raja pasti memiliki daerah larangan. Ketahuilah, sesungguhnya daerah larangan Allah adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya. Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh terdapat segumpal daging. Apabila ia sehat maka sehatlah seluruh tubuh. Dan apabila ia sakit maka sakitlah seluruh tubuh, ketahuilah sesungguhnya segumpal daging itu adalah jantung.” (HR. Bukhari dalam Kitab al-Iman, bab Fadhlu man istabra’a li diinih)

Penulis: Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi, S.Si http://abu0mushlih.wordpress.com/2009/04/15/keindahan-manhaj-salafus-shalih/

6 thoughts on “KEINDAHAN MANHAJ SALAFUSH SHALIH”

Comments are closed.