Tabaria, Selatan Makassar

googlemaps
dalam garis merah – daerah tabaria berdasarkan perkiraan (saya)

Tulisan ini diikutkan pada 8 Minggu Ngeblog bersama Anging Mammiri, minggu pertama – Sekitar rumahmu.

Tabaria, adalah daerah yang tidak pernah terpikirkan oleh saya saat masih duduk di bangku sekolah sampe jaman kuliahan, pertengahan jaman ngantor sekalipun. Ketika orang menyebutkan daerah itu, yang ada di benak saya adalah sebuah perkampungan barbar yang penuh dengan penjahat =D.

Namun keadaan memang tidak bisa diprediksi.
Sebuah rumah mungil yang indah tengah disediakan ALLAH untuk saya melalui seorang lelaki bugis yang meminang saya di bulan Maret dan menikahi saya dibulan Juni 2009. Awesome !!
Maka dimulailah hari-hari saya sebagai ibu-ibu kompleks perumahan di bagian selatan kota Makassar.

Ada banyak akses jalan ke perumahan Tabaria. Ada dua opsi yang saya tawarkan untuk anda. Pertama, anda bisa melalui jalan Daeng Tata Raya, lalu menyusur jalan Daeng tata 1. Melalui akses jalan ini, besar kemungkinan anda mudah mencapai perumahan tersebut. Sama halnya jika melalui jalan Sultan Alauddin, kemudian menyusur jalan Manuruki maka akan banyak jalanan rusak yang anda temui dan kemungkinannya besar anda akan nyasar dengan melewati jalan tersebut :D. Jadi saran saya, bawa sertalah teman atau kerabat yang paham betul situasi daerah Tabaria bila anda mengambil opsi kedua. Atau tentu saja anda bisa menggunakan GPS ( Gunakan Penduduk sekitar ) :D.

Tabaria 2009
Kegiatan pertama selang seminggu pernikahan, sebelum menempati rumah itu tentu saja membersihkannya. Saya hanya bisa bergumam dan bergeming sambil terus mengenakan sandal jepit kumal yang tidak mau saya lepas sedikitpun. Rumahnya kotor, lantainya hitam karena debu dan entah apa, langit-langitnya suram penuh spiderman, kecoa berlari-larian kesana kemari dengan riangnya dan ada seekor onggo-onggo yang entah dari mana nemplok di wajah saya. Sedetik kemudian saya histeris, detik selanjutnya saya berusaha menguasai diri untuk tidak pingsan.
Dan saya menyerah, lalu memohon bantuan untuk membersihkan rumah itu. Tingkat ke-setresan memang relatif tinggi untuk ibu-ibu muda seperti saya, halah :D.

Tabaria 2009, September
Disinilah dimulainya konflik saya dengan para tetangga tercinta. Samping rumah saya adalah sebuah lahan kosong, tidak benar-benar kosong sih, ada beberapa pohon pisang di sana. Yang menjengkelkan adalah ada berkantung-kantung sampah dari pemilik yang tidak bertanggung jawab. Lalu saya-pun melapor ke pak RT, alih-allih dapat respon positif, Pak RT malah seperti mendukung dengan memberikan pengakuan kalau ternyata Ibu RW juga berpartisipasi membuang sampah disitu. OK !

Tabaria 2010, Juni
Saya kemalingan, sebuah tas coklat cantik nan-lembut hadiah dari suami saya raib disebuah malam pertengahan juni yang dingin. Hujan membuat pagar dengan rel berkarat kami tidak berdecit ketika digeser, atau diangkat kali sama malingnya.
Yang tertinggal hanya jejak sandal di lantai kramik yang putih bersih. Berdasarkan garis-garis halus pada pola jejak itu, saya yakin benar sang pencuri mengenakan sandal jepit karet. Jejak seperti itu begitu familiar dengan saya. Tapi tidak mungkin kan saya yang mengambil tas coklat yang lembut itu.
Esoknya-pun saya melapor (lagi) pada pak RT tercinta.
“Pak, semalam saya kemalingan..”.
“Ohiyo, memang banyak sekali itu pencuri di daerah sini, apamu yang hilang?”.
“Tas pak, dengan isinya”.
“Syukurmi itu, saya juga pernah diboongkar pintuku, baru na kasih hambur-hambur isi lemariku”.
“jadi pak…. “.
“Yaaaa.. maumi diapa, ka ada itu bosnya di situ rumahnya disamping mesjid”.
“Masjid pak? Kenapa ndak ditangkap saja, lapor polisi?”.
“Sabar meko, ka tidak ada bukti, ndak bisa ki’ tangkapki”.
“Polisi tidak bisa membantu?”
“Adaji polisi kalo melaporki, tapi ya…”
“Tapi ya..?..” ah sudahlah…
OK Fine !!

Ketika sampah sudah hampir menghilangkan kesabaran saya dan pencurian kian meresahkan warga setempat, lalu pak RT tidak bisa berbuat banyak di tempat saya tinggal ; Kompleks Perumahan Tabaria, sebuah Komunitas Perajut Makassar, Quiqui menginspirasi saya.
Lalu saya-pun merancang sebuah konspirasi kecil-kecilan untuk sedikit mengatasi masalah saya di kompleks ini. Saya membuka kelas merajut gratis, selembar kertas coklat saya tempel di pintu garasi. Hasilnya, sore itu agak ramai ibu-ibu yang mondar-mandir di depan rumah. Sekedar ingin tahu apa yang saya tempel atau sedang mencari bahan untuk gosip dari apa yang saya tempel. Padahal kelas merajut baru akan dibuka minggu berikutnya. Astagfirullah… Suudzon =D

Ketika misi itu perlahan mulai berhasil, ketika sedikit banyak tetangga saya mulai sadar akan pentingnya buang sampah pada tempatnya, ketika mereka sedang berusaha membangun bak sampah di depan rumah masing-masing, ternyata perlahan tapi pasti segorombol anak kecil dengan suara cempreng bermoduskan tukang sampah keliling dengan becak tanpa kap yang mereka kendarai perlahan tapi pasti menghancurkan pola pikir yang susah payah saya bangun untuk ibu-ibu terhormat di kompleks Tabaria tempat saya bermukim.
Mereka, makhuk imut-imut itu, yang lucu-lucu itu, lucu buat ditappek dengan santainya membuang sampah hasil kerja mereka di tanah kosong samping rumah.
Betapa hancurnya hati ini, tega nian mereka melakukan itu. Harapan yang telah saya bangun selama ini hilang dalam semalam. Kelas gratis yang tidak gratis untuk kantong saya terbuang percuma. Seonggok sampah dengan plastik merah berhasil memanggil berplastik-plastik sampah keesokan harinya.
Tabaria 2013, April

onggo-onggo : laba2 (ji juga ini)
ka-ki( pada kalimat ) : imbuhan ; dialek setempat
tappek : memukul dengan tangan ; toyor ;tempeleng

12 thoughts on “Tabaria, Selatan Makassar”

  1. Assalamu’alaikum wr.. wb..
    Semangat ungga, (baca cuma paragraph terakhir). Ngutip dikit
    “Sesungguhnya Allah menghargai setiap usaha manusia walau manusia merasa gagal. Hasil yang Dia berikan bisa datang dari arah yang tak terduga karena tidak ada usaha yang sia-sia di mata Allah.”

  2. Assalamu’alaikum wr.. wb..
    Semangat ungga, (baca cuma paragraph terakhir). Ngutip dikit
    “Sesungguhnya Allah menghargai setiap usaha manusia walau manusia merasa gagal. Hasil yang Dia berikan bisa datang dari arah yang tak terduga karena tidak ada usaha yang sia-sia di mata Allah.”

Comments are closed.