Manisnya Macaroon (purse) Dan Sepotong Senja Di Karebosi

cats

Hampir tidak mungkin saya akan menghabiskan waktu sambil menikmati senja di salah satu sudut lapangan ini, Karebosi. Jika tidak untuk menunggu jemputan. Sabtu itu saya memang ada undangan untuk mengisi kelas craft yang kebetulan diadakan di Karebosi yang berakhir hingga sore hari. Sisi lain kehidupan saya yang membuat saya bahagia tentunya.

Maka berterima kasihlah saya kepada Dini (dini.erha – momenio), yang telah membiarkan saya menggantikannya hari itu. Kelas craft kali ini adalah membuat Macaroon Purse, menggunakan tutup galon dan tetra pack juga kain-kain cantik. Sehari sebelumnya saya memang telah menyediakan kain-kain cantik dari koleksi saya untuk kelas ini. Saya juga menyediakan charm spesial sebagai hadiah kepada para peserta tentunya.

Sayangnya, saya kekurangan ritsleting. Ritsleting yang saya punya adalah ritsleting besi yang kurang cocok untuk proyek kali ini, sebab sering nyangkut dan membuat macaroon susah terbuka. Maka sebelum saya menuju tempat kelas tersebut akan berlangsung, saya mampir di rumah tante saya. Di sana beliau pasti memiliki ritsleting karena memang memerima jahitan. Tanpa sungkan saya pun mengambil banyak ritsleting tanpa menghitungnya yang disambut dengan ekspresi aneh tante saya. Dan sebelum beliau bereaksi lebih aneh lagi atau berubah pikiran, sesegera mungkin saya berpamitan XD.

Sampai di lokasi, saya sempat kebingungan menemukan booth Sekolah Alam Bosowa tempat saya akan membuka kelas. Setelah mengandalkan insting dan reka tempat kejadian (#pret) saya menemukan satu sudut berwarna-warni dengan aura keceriaan dimana-mana, nah disanalah tempat saya seharusnya :D. Bahagianya saya dapat bertemu dengan kak Yuni -yang memang melalui dia lah saya berhubungan untuk kelas ini-, pemilik akun Yufinats. Taraaaa! Saya memang selalu ingin bertemu dengan kak Yuni, setelah selama ini hanya dapat menikmati karya-karyanya hanya dari akun instagram miliknya.

Sangking takjubnya saya sampai lupa dengan tujuan saya sebenarnya berada di tempat itu (ya begitulah jika emak-emak bertemu idola XD).

Akhirnya saya pun memulai kelas pertama dengan peserta dua orang ibu muda yang cantik-cantik. Selain cantik mereka juga gak rese loh. Padahal, sejauh perjalanan hidup saya, biasanya ( biasanya loh yah) ibu-ibu muda (yang merasa) cantik memiliki kekuatan alam yang cukup menyebalkan (sombong, lebay dan sering lose focus), tapi tidak dengan mereka. Saya pun senang mengajarnya. Dan yang lebih menggembirakan, kami hanya membutuhkan waktu lebih kurang satu setengah jam untuk menyelesaikan kelas pertama dari estimasi waktu 2 jam, yaiiiy \m/.

Lalu dikelas kedua saya memiliki 3 peserta, mereka adalah anak-anak yang amat menyenangkan dan kritis. Sangking kritisnya mereka mengakhiri kelas dengan tempelan double tape dimana-mana, bahkan di wajah Eka, teman saya. Dan anak-anak bersemangat tadi membiarkan saya menyelesaikan macaroon purse kerjaan mereka, haha… *kandattosatu-satu.

Lalu, dimanakah sang pacar yang sedari tadi saya tunggu untuk menjemput saya? Sementara hari akan menggelap dia tak kunjung datang :P. Beruntung dalam penantian itu saya tidak sendiri, ada seseorang teman- yang terus terang saya kagumi, sebut saja namanya Eka, menemani saya menunggu hingga saya dijemput oleh sang pacar.

Sambil menunggu, kami pun bercerita ini-itu. Dari cerita tentang makanan-makanan enak diskon-nan yang ada dalam event hari itu (sayangnya buat dapat diskon cukup ribet, mesti install aplikasi dulu… keburu laper kan yah XD), lalu bercerita tentang semangkuk mie kering panas yang coba kami habiskan dengan cepat, hingga cerita yang amat sangat membahagiakan Eka april nanti. Ya, she is going to get married, Alhamdulillah… Yaaaaiiiyyy senang !.

Sementara langit kian memerah, di utara lapangan masih terlihat banyak orang yang jogging, bermain bola, ataupun hanya duduk menyaksikan pemain-pemain bola tadi. Suasana yang amat menyenangkan, dengan sepoain angin yang begitu saya rindukan. Terus terang saya merasa kehilangan tempat ini, terlalu banyak pagar tinggi sejak adanya revitalisasi, juga tanda verboden yang membuat saya takut merasa memilikinya, bahkan untuk mencintainya diam-diam sekalipun ( #Eh XD).

Namun sore itu, tanah lapang yang sempat menjadi titik hitung Makassar nol kilometer ini menyadarkan saya tentang rindu. Rindu yang terhantar dalam tiap sepoain angin (saelaah!). Rindu-rindu saya akan semua yang saya cintai, juga sepotong kisah tentang kesetiaan sebuah beringin tua pada tukang obat yang melapak di bawahnya.

Dan sebelum saya meneteskan air mata untuk semua kenangan itu, saya melihat salah satu senyum terbaik teman saya yang tengah menatap saya bahagia. Kenapa bersedih Unga? Harusnya saya juga mempunyai senyum sebahagia dia.

kandatto : jitak