Kindness Matters

rebloggy2

Saya jadi bingung ketika semua orang mulai berlomba-lomba membeberkan berbagai macam keahliannya dalam berbagai bidang. Saya jadi sedikit termenung dan memikirkan hal-hal apa saja yang telah saya lakukakan sehingga dapat dibanggakan seperti mereka. Ternyata, semakin saya berpikir, semakin saya tidak menemukan apapun di sana. Atau mungkin saja saya iri karena tidak bisa seperti mereka, atau mungkin saya sudah lelah dan berada dalam titik jenuh tentang semua hal ini (ciyeee gaya!). Saya jadi ingin hidup biasa-biasa saja tanpa harus menjadi yang terbaik untuk satu sisi kehidupan ini, yang sifatnya hura-hura… Eh. Atau mungkin saya terlalu menyimpan harapan besar pada sesuatu yang ternyata tidak terlalu besar untuk diharapkan.

Seperti satu hari ketika saya bertemu –sebut saja- Disa, kami menyempatkan diri untuk pergi jalan-jalan sore bersama. Di tengah perjalanan dari utara ke selatan Makassar, kami mengobrolkan apa saja yang tidak sempat kami bicarakan beberapa tahun terakhir. Hingga bercerita tentang apa-apa yang telah kami lewati selama ini. Kata Disa, saya banyak berubah, tapi perubahan yang dikatakannya tidak seperti sebelum-sebelumnya; tambah cantik misalnya atau tambah baik misalnya.

Ya, dia hanya bilang saya tidak lagi seceria dulu. Padahal kamu tahu tidak, saya hanya ingin sedikiiiit tampak lebih dewasa setelah sebelumnya berhasil dibuat terlihat sangat menyedihkan oleh sebuah kuis online.

Ini kuisnya; “Seperti Usia Berapakah Anda Bersikap?”
Hasilnya: “4 Tahun. Anda seperti seorang anak kecil yang polos! Anda begitu polos dan memiliki energi yang banyak. Sifat anda yang ceria seperti anak kecil selalu dapat menaruh senyum ke wajah orang-orang yang melihat anda. Akan tetapi terkadang sifat tersebut membuat anda terlihat kekanakan, karena itulah cobalah untuk menunjukkan kedewasaan Anda juga sesekali”.
Sungguh, ter-la-luh!.

Memang benar, saya pernah berpikir untuk menjalani hari-hari saya seperti yang tidak saya inginkan sebelumnya, jaga image agar terlihat lebih kewrrreeen!. Sayangnya saya terlalu dibuat kelelahan karenanya. Saya tidak dapat bertahan lebih dari tiga jam saat menerapkan metode ini hingga menimbulkan efek samping seperti perut mulas, kepala pusing, kaki dingin dan berkeringat… Halaah, itumah kelaperan yah ? XD. Padahal kamu tahu tidak ? Saat itu saya sedang berusaha terlihat membanggakan. Ini baru menyedihkan!.
Akhirnya daripada semakin menderita saya pun menghentikan usaha terlihat keren, berkilau, bergliter, penuh bunga-bunga dengan sepoian angin yang memainkan anak rambut (halaaah!) sehingga terlihat membanggakan. Saya pasrah sajalah bagaimana hidup ini memandang saya, toh tak ada untungnya mengharap simpati orang.

Sejak itu saya pun mencoba memaafkan diri sendiri, memaafkan orang lain, memaafkan mereka yang selalu kerepotan membuat saya bersedih. Dan ini berhasil, berhasil membawa segalanya hanya pada kebaikan saja. Kamu maukan melakukan hal yang sama? Agar tentu saja kita benar-benar memahami apa arti kehidupan ini, tak ada kesia-sian di dalamnya, bahagia dengan penuh suka cita, bahkan menjadi makhluk yang paling seksi karenanya… assik! Hahahhah… Insyaa Allah.

Maka seharusnya belajarlah kita bahwa betapa pentingnya menjaga hati ini, betapa pentingnya menjaga tutur kata dan tingkah laku, betapa pentingnya menjaga pola pikir, menjauh dari kesombongan, menjauh dari berbangga diri, serta tidak menjadi konyol dengan mengedepankan bagian terdepan dari diri, ego.

Untuk itu ingatkan saya jika membuatmu bersedih…

4 thoughts on “Kindness Matters”

  1. Kadang saya juga ngalamin kak kayak gitu hehe..
    tapi memang sikap tawaddhu dalam segala hal itu penting ^^
    selamat berpuasa kak, 🙂

  2. Kadang saya juga ngalamin kak kayak gitu hehe..
    tapi memang sikap tawaddhu dalam segala hal itu penting ^^
    selamat berpuasa kak, 🙂

Comments are closed.