Ketika Gigi Zahra Tanggal

u8

Kata orang, usia 30-an, usia-usia penuh kebimbangan. Muda udah lewat, bangkotan belum nyampe. Kadang ketemu orang tua dibilang masih muda, ketemu remaja dibilang udah tua. Pengen nyari baju body fit, apa daya lemak disana-sini. Cari baju yang modelnya keren, giliran nemu ukuran nggak ada yang muat. Sediih … -salah satu meme yang sementara beredar di lini masa salah satu akun media sosial saya-

Apa itu cantik?

Cantik adalah Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau kepuasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keindahan diartikan sebagai keadaan yang enak dipandang, cantik, bagus benar atau elok. Keindahan dipelajari sebagai bagian dari estetika, sosiologi, psikologi sosial, dan budaya. Sebuah “kecantikan yang ideal” adalah sebuah entitas yang dikagumi, atau memiliki fitur yang dikaitkan dengan keindahan dalam suatu budaya tertentu, untuk kesempurnaannya –Wikipedia-

uuuuMenurut riset kecil-kecilan yang saya buat dengan 20 responden dengan latar belakang yang berbeda, 9 dari 10 orang mengatakan setuju bahwa cantik tidak hanya dilihat dari pandangan saja. Ini menunjukkan bahwa fisik bukanlah tolak ukur akan kecantikan. Sedikit kontradiktif memang, sebab pada kenyataannya perempuan masih tidak aman dengan penampilan fisiknya, lalu melakukan apapun untuk tetap menjaganya dan terlihat mempesona.

Apakah setelah mendapati hal tersebut, lalu muncullah alibi tentang inner beauty?. Apa ini hanya pembenaran mereka yang kurang cantik secara fisik saja? Atau memang tepat, bahwa cantik yang sesungguhnya terpancar dari dalam?

u7Saya adalah seorang pekerja selama lebih kurang tujuh tahun disebuah lembaga swasta yang menjanjikan karir cemerlang, janji dunia gemah ripah loh jinawi XD. Senang memperhatikan penampilan dan kesehatan kulit secara umum dan pada umumnya.

Namun tersadar akan satu hal, saya mengambil sebuah keputusan yang cukup serius. Tentu saja itu keputusaan yang tidak mudah, saat itu, dua tahun lalu, saya memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan saya. Dimana saya menyadari jika dengan melepaskan potensi ini, mungkin kehidupan saya akan jauh mundur ke belakang, senyap dan bahkan mungkin tak terlihat.

Bersyukurnya, walaupun terlambat keputusan itu saya ambil karena sadarlah saya bahwa bersama lahirnya seorang anak, saat itu pula lahirlah seorang ibu dan mulai saat itu juga hidup ini bukan lagi hanya tentang dirimu. Saya berpikir keras dengan segala pertimbangan untuk bisa tetap menjalankan keduanya. Tapi rasa putus asa semakin membuat saya terpojok jika harus menjadi pemain ganda, karir dan keluarga. Sebab saya tidak setegar dan sekuat ibu-ibu bekerja lainnya, saya takut kehabisan waktu menemukan hal-hal luar biasa bersama anak-anak.

Hingga hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun dan mau tidak mau saya harus mengakui kalau segalanya memang telah benar-benar berubah.

Ada satu malam, ketika saya dan suami beserta anak-anak dalam perjalanan kembali dari belanja bulanan, tepatnya di awal Agustus kemarin. Di kursi belakang terjadi percakapan yang cukup seru, kedua anak ini sibuk dengan produk perawatan tubuh mereka yang sudah bertukar judul dari produk bayi ke produk anak-anak, yang mana sebelumnya hampir menghabiskan waktu lebih kurang setengah jam perdebatan hanya untuk memilih produk pencuci rambut saja. Suasana menjadi riuh hingga sang suami meminta mereka untuk turun dari mobil jika berisik lagi. Hening …

Namun tak sampai 5 menit keriuhan kembali terjadi ketika Faiza, anak bungsu saya berusaha menyampaikan sesuatu dan mengabarkan pada kami tentang; “ Momih, kemarin saya bilang sama Riziq, kakak cinta sama dia, karena kakak bilang sama saya dia cinta Riziq “.Oh My Allah! Cukup terkejut saya mendengarnya.  Ok! Ternyata, satu dari anak ini sudah mengenal emosi lebih cepat, simpati dengan sebutan cinta.

Sementara sore itu, Zahra, anak pertama saya datang dengan sebuah buku gambar dan pensil-pensil warna di tangannya lalu berkata “ Momih, gigiku goyang! “. Saat itu saya hanya mampu menatapnya dengan senyum dan cengo –melongo, kaget, terkesima, bisa jadi terkesan bego XD-. Sudah sejauh inikah dunia berjalan? Gigi-gigi susu sudah akan tanggal, lembaran-lembaran kalender sudah berganti, sepatu-sepatu tak lagi muat untuk mereka dan pagi tadi, saya telah menemukan sehelai uban di rambut. Inikah arti bahwa kehidupan ini sudah benar-benar cepat berlalu?.

u2u3Saya menoleh dan beradu pandang dengan sebuah bayangan di cermin. Ragam kecemasan tertangkap dari bayangan cermin  di depan sana, membuat hati berdegup lebih cepat. Sementara bayangan itu pun nampak ragu untuk tersenyum sekali lagi, khawatir kalau saja akan mendapati kerutan pertama di sudut matanya.

Menghargai diri sendiri

Hari ini, saya memulai pagi dengan bersemangat. Sebuah ajakan mengisi kelas kriya sudah saya iya-kan sejak seminggu yang lalu. Saya memang mencintai dunia kriya, beberapa saya mengikutinya dalam workshop-workshop gratisan juga berbayar, belajar secara otodidak, lalu ber-eksperimen sendiri. Lalu saya tergabung dan menjadi penggiat dalam sebuah komunitas kriya, Komunitas Perajut Makassar, Qui-qui namanya. Di sana saya mendapatkan kesempatan yang luar biasa untuk mengikuti event yang digelar oleh komunitas ini, baik event lokal maupun event nasional maupun event yang melibatkan orang-orang keren dari belahan bumi lainnya. Hal yang tidak pernah saya pelajari selama bertahun-tahun sekolah dan kuliah, hobi.

Berbekal dari kepercayaan diri yang tinggi dan pengalaman-pengalaman melakukan presentasi saat bekerja dulu, dan doa tentunya, hobi inilah yang kemudian membuat saya bersemangat untuk berbagi dan menerima kembali ajakan-ajakan mengisi kelas-kelas kriya.

Padahal jujur, perasaan saya sangat tidak karuan memikirkannya. Tapi saya terus menyemangati diri dan melakukan perbandingan-perbandingan aneh; Masa presentasi dengan beratus-ratus orang bisa sama anak kecil gak bisa? Masa menjadi nara sumber dengan pembahasan berat bisa, cuman ngajarin ibu-ibu cantik nan modis merajut gak bisa? Masa menghadapi dan mengedukasi orang tua anak dampingan di penitipan anak kami bisa sedang… Ah sudahlah, pokoknya harus bisa!.

Berangkat dari kelas kecil ini, euforia berbagi itu terus-menerus dan tidak putus-putus datang menghantui saya. Jika saya tidak dapat kaya dengan menjadi wanita bekerja, saya dapat kaya dengan cara yang lain. Disitulah saya mulai mendapati kesenangan dalam hidup saya. Hobi dapat membuatmu bahagia, dan dengan berbagi dapat membuatmu kaya.

u6u5Disaat umur mungkin akan menggerus segalanya, saya malah menjadi semakin bahagia. Saya tetap dapat berangkulan dengan keluarga, sementara lainnya saya berbahagia dengan hobi dan saya menjadi orang kaya. Beberapa saya mengisi kelas-kelas berbayar kemudian menggantinya dengan kelas-kelas gratis untuk kegiatan sosial, amal dan dakwah. Konsep sederhana yang mampu membuat saya merasa kaya tanpa harus kehilangan siapa pun. Konsep bahagia diumur yang akan merambah ke masa yang lebih dewasa dan untuk dapat menjadi lebih berharga.

Momih! Gigiku goyang! ” sekali lagi Zahra berujar, membuyarkan lamunanku dan gadis kecil itu memperlihatkan deretan gigi susunya, sambil menggoyang-goyangkan gigi seri pada rahang bawahnya “ Woww …“. Ujar saya menghilangkan keraguan di wajahnya yang ditutup dengan cengiran anak itu. “ Besok kita ke dokter gigi yah, gigi sebelahnya  harus dicabut juga, karena sepertinya sudah ada gigi baru yang tumbuh di belakangnya “. “ Oke momih …” Jawabnya singkat sambil memelukku.

Demikianlah waktu pasti akan habis, kulit akan berkerut, rambut akan memutih. Tapi tahu kah kamu? Ada hal yang tak pernah habis? Ya benar, karya …

Maka mulai saat ini, ambilah bagian untuk berkarya dengan nyata, bukan hanya untuk dirimu, tapi juga untuk orang lain. Belajarlah banyak hal, pilihlah satu hobi yang menyenangkan untuk kamu kerjakan, terbukalah kepada siapa saja lalu banyak-banyakah berbagi. Jadilah perempuan yang tak hanya cantik dalam tampil, tapi jadilah cantik dengan jiwa yang sederhana.

uu

Saya kembali memandang bayangan di cermin, bayangan itu mungkin berkata, sebentar lagi usiamu akan sampai pada usia 35 tahun, usia cantik, begitu dia menyebutnya. Mungkin terlihat aneh jika di usia sekarang kamu membeli dan memakai jam tangan anak-anak yang sempat diprotes oleh suamimu. Namun rasanya tak ada salahnya untuk tidak hanya menjadi cantik dengan jiwa yang besar, tapi juga menjadi cantik di hadapan suami. Seketika bayangan di depan sana tersenyum sangat manis.

Jadilah bahagia dan kaya dengan banyak berbagi, bertemanlah dengan siapa saja, bergabunglah dalam orang-orang bermuatan positif. Lalu tetaplah menginspirasi dalam kesederhanaan. Selamat datang #usiacantik … Lalu bayangan itu mulai mengoles tipis krim malamnya …

“ Lomba blog ini diselenggarakan oleh BP Network dan disponsori oleh L’Oreal Revitalift Dermalift “

9 thoughts on “Ketika Gigi Zahra Tanggal”

Comments are closed.