ASTRA, Kepadamu Harapan Ini Berlabuh

Gak lucu banget sih hari gini masih ngurusin sampah tetangga, iya kalau rumput tetangga, bolehlah… Meski nampak lebih hijau, setidaknya tidak membuat mata, hati dan hidung jadi sepet. Sudah bertahun-tahun saya tinggal di kompleks perumahan ini, namun permasalahan sampah gak ada habisnya. Tepat di sebelah kiri rumah saya ada sebuah tanah kosong, jika diperkirakan mungkin luasnya sekitar 10x15m2 yang di atasnya ditumbuhi beberapa pohon pisang dan pohon pepaya juga rerumputan hijau, seperti sebuah halaman yang terawat. Sayangnya di sudut tempat tersebut terdapat beberapa kantong sampah, yang akhirnya mengundang bertumpuk-tumpuk sampah lainnya, hingga membuat area itu nyaris seperti tempat pembuangan sampah. Jorok dan menimbulkan aroma tak sedap yang tercium hingga  ke  mana-mana bahkan ke dalam rumah saya. Tak sampai di sana, terkadang isi dari kantong-kantong sampah itu berhamburan di badan jalan hingga menganggu pengguna jalan dan sangat mengerikan untuk dilihat.

Memang setahu saya, sebagian besar warga di perumahan ini apalagi di blok yang saya tempati tidak memiliki bak sampah, tak heran jika tanah kosong sering dijadikan tempat sampah umum.  Sempat saya mengadukan hal ini kepada Pak RT, namun hasilnya tidak membuahkan solusi apapun selain kami menjadi lebih akrab atas kebingunan yang sama mengatasi sampah dan warga. Sepertinya kekecewaan itu tertangkap oleh beliau hingga dipetikannya beberapa buah Belimbing Roma yang sudah matang dari pohon di halaman rumahnya untuk saya bawa pulang sebagai oleh-oleh. Cukup menghibur setidaknya….

Akhirnya atas inisiatif dan hasil swadaya saya dan suami, kami memagari tanah kosong tersebut, setelah sebelumnya memanggil jasa kebersihan untuk membersihkan sampah-sampah yang behamburan di sana. Tapi apalah daya ini, satu-dua orang yang peduli akan kalah oleh berkantong-kantong sampah yang masih saja dikirim dari dua blok rumah-rumah warga tetangga saya.

Saya jadi kesal dibuatnya, seperti sore itu ketika mendapati seorang bapak yang jika diperkirakan seumuran dengan mertua saya, kalau tidak salah rumah kami hanya berjarak tiga rumah saja. Bapak itu dengan santainya membuang sekantong besar sampah tanpa mempedulikan saya yang sejak tadi memperhatikannya. Alih-alih menyapa dengan senyum yang manis, saya malah tidak tahan untuk menegurnya,”Pak, kok buang sampahnya di situ,? Nanti tambah kotor Pak, apalagi baunya juga sampai ke dalam rumah saya...” Hasilnya, mau tahu gak dia bilang apa,? Dia bilang gini… “Eh kenapa ko pusing? Yang punya tanah saja ijinkan buang sampah di situ, kenapa ko yang marah?!!!”, dengan logat Makassar yang kental. Aduuh takyuuut… Maka sejak saat itu hubungan kami pun berubah, haha. Tunggu tanggal mainnya, saya beli tuh tanah! -eh.

Begitulah dinamika perkotaan jaman now, ada saja oknum warga modern yang gayanya keren, tampangnya menjanjikan, wanginya bukan main, tajir, sayangnya tidak peduli akan lingkungannya. Ya, kepedulian akan kebersihan dan kelestarian lingkungan hanya milik segelintir orang-orang yang special saja. Masalah sampah di samping rumah saya hanya sebagian kecil, nyaris seujung kuku. Namun bagian kecil itu bagi saya adalah salah satu indikator penentu bagaimana kepedulian kita tentang sampah hingga menjadi masalah sosial yang tidak pernah ada habisnya untuk dibahas, seperti tumpukan sampah itu sendiri yang tak habis-habis.

Berbeda dengan teman saya, sebut saja Nanie. Nanie juga memiliki tetangga yang punya hobi unik membuang limbah rumah tangganya di bak sampah milik orang lain, dimana lagi jika bukan di bak sampah milik Nanie yang bersebelahan rumah dengannya. Padahal pemukiman mereka merupakan pemukiman warga yang cukup elit, namun tetangga Nanie tidak memiliki bak sampah, hingga Dia tak segan melakukan hal memalukan seperti itu. Duh, kok yah pada susah sih mengadakan bak sampah? Padahal jika tak sanggup membuatnya, kita bisa membelinya atau memanfaatkan ember bekas yang tidak terpakai.

Sumber: Indikator Peduli Lingkungan Hidup 2014 BPS

Sekarang sampah sudah menjadi masalah yang cukup pelik, dimana-mana akan terjadi penumpukan sampah. Di Indonesia sendiri sampah sudah menjadi amat serius, saat ini Indonesia sudah menjadi darurat sampah. Tengok saja beberapa fakta berikut:

  • Taman nasional dan gunung di Indoensia darurat sampah. KLHK melakukan survei pada bulan April 2015 di 8 taman nasional dan gunung menghasilkan temuan 435 ton sampah milik 150.688 pengunjung.
  • Indonesia menjadi negara kedua terbesar di dunia sebagai penghasil sampah plastik ke lautan. Penelitian dari Universitas Georgia pada tahun 2015 mengatakan bahwa Indonesia menjadi negara kedua terbesar di dunia sebagai penghasil sampah ke laut.
  • Makanan merupakan penyumbang sampah terbanyak di Jakarta. Menurut Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta, sampah DKI Jakarta menuju Bantargebang, Bekasi mencapai 7500 ton/hari, setahun mencapai 2,7 ton dan 54% adalah sampah makanan.
  • Bencana ledakan terbesar TPA di Indonesia peringkat kedua di dunia. Ledakan paling besar kedua yaitu di TPA Leuwigajah, Bandung, pada tahun 2005 yang menewaskan 143 jiwa dan 137 rumah tertimbun.
  • Banjir di berbagai daerah yang disebabkan oleh sampah.

Sementara bermunculan terus persoalan sampah yang tak ada henti-hentinya, muncul pula beragam upaya yang juga terus dilakukan untuk mengatasinya oleh pemerintah dan orang-orang yang cukup peduli dengan hal tersebut. Hal ini dilakukan mulai dari lingkup terkecil yang mengambil peran utama yaitu warga, pola pikir dan budayanya. Salah satu program misalnya Bank Sampah dan program daur ulang, program yang dibuat untuk mengantisipasi peningkatan jumlah sampah, yang dianggap cukup berhasil. Sayangnya jika hanya segelintir pihak yang melakukannya dan tidak ada pembinaan yang berkelanjutan, maaf-maaf saja rasanya semua itu hanya menjadi omong kosong belaka, sia-sia, percuma… Disinilah kita membutuhkan peran serta pihak luar yang lebih besar, yang dapat membantu suksesnya program-program ini, seperti yang dilakukan oleh PT Astra International tbk.

Berbangga kita memiliki PT Astra International Tbk, sebuah perusahaan multi international yang peduli tentang hal ini. Perlahan tapi pasti kerja nyatanya dan sumbangsih untuk bangsa, utamanya tentang sampah ini semoga dapat menginspirasi banyak pihak. Lihat saja Bank Sampah Agangta Kampung Berseri Astra Rappocini sebuah program binaan Astra berkelanjutan di 1 dari 15 kelurahan yang ada di kota Makassar dan berhasil membawa dampak perubahan jauh lebih baik dalam mengatasi sampah dalam kehidupan sosial.

Seperti bank sampah pada umumnya, adapun sistem yang digunakan dalam program ini, sama dengan bank sampah lainnya, menggunakan sistem yang biasa diterapkan pada dunia perbankan; ada petugas, ada nasabah dan menggunakan buku tabungan –dengan 196 nasabah yang terdaftar saat ini, pada kelurahan Rappocini-.

Program ini berlangsung di kelurahan Rappocini, pemekaran dari kelurahan Tamalate, tepatnya berlokasi di RT 002-RW 001 merupakan program bantuan Astra melalui Corporate Social Responsibility (CSR) yang meliputi empat pilar utama yaitu: Lingkungan (bersih), Kesehatan (sehat), Pendidikan (cerdas) dan Pemberdayaan Ekonomi (produktif). Atas inisiasi dari program Kampung Berseri Astra (KBA) yang terwujud atas afiliasi (affiliated company atau Affco) dengan sejumlah grupnya di Makassar.

Sebuah Program yang mampu mengubah pola hidup warga menjadi aktif, juga mengubah pola pikir warga cenderung ke arah lebih positif. Kenyataan dari mimpi yang terus dibangun akan kekuatan besar yang mampu memberikan solusi hingga masuk dan ikut serta menjadikan program-program pemerintah sejalan dengan harapannya.

Inilah salah satu wujud kerja nyata ASTRA yang menginspirasi Indonesia selama 60 tahun perjalannya melalui produk dan layanan karya anak bangsa, sumber daya manusia yang unggul serta kontribusi sosial yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara.

Luas 0,36 km2, KK 1.738, Penduduk 8.144 jiwa, Kepadatan 22.621jiwa/km2

Dikutip dari SindoNews, sebuah laman berita online, menurut Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LMP) Rappocini, Sultan Dg Liwang, sejak dihadirkannya program tersebut pada Februari 2016 lalu, banyak perubahan yang terjadi di pemukiman warga kelurahan Rappocini ini, dan hal itu memberikan manfaat besar utamanya warga yang bermukim di lorong. Jika sebelum adanya program ini pemukiman Rappocini dikenal dengan kawasan rawan keamanan, kumuh dan tidak tertata. Kini, semua berubah bahkan kelurahan Rappocini menjadi percontohan beberapa kelurahan yang lain.

Warga di pemukiman ini pun menjadi warga yang memiliki tingkat edukasi dan kesadaran yang tinggi akan sampah. Mereka sudah terbiasa memisah sampah basah dan kering langsung dari rumah-rumah mereka, aktif menjadi nasabah dalam bank sampah dan dalam program daur ulangnya, bahkan memiliki tingkat kepedulian yang tinggi dengan terbiasanya memungut sampah di jalan untuk dibuang pada tempatnya. Beri applause! Dan kita boleh ngiri sama mereka.

 

Siapa Astra?

PT. Astra International, Tbk, didirikan di Jakarta pada tahun 1957 sebagai sebuah perusahaan perdangangan umum dengan nama Astra International Inc. Pada tahun 1990, telah dilakukan perubahan nama menjadi PT Astra International Tbk, dalam rangka penawaran umum perdana saham Perseroan kepada masyarakat, yang dilanjutkan dengan pencatatan saham Perseroan di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan ticket ASII. Nilai kapitalis pasar Astra pada akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp 335,0 triliun.

Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi pada tujuh segmen usaha, terdiri dari: Otomotif, Jasa Keuangan, Alat Berat dan Pertambangan, Agribisnis, Infrastruktur dan Logistik serta Teknologi Informasi dan Properti.

Dengan bisnis yang beragam, Astra telah menyentuh berbagai aspek kehidupan bangsa melalui produk dan layanan yang dihasilkan. Dalam keseharian hidup, masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor dan mobil, jalan tol, printer, hingga layanan pembiayaan, perbankan dan asuransi milik Astra. Pelaku bisnis bermitra dengan Astra dan memanfaatkan berbagai kendaraan komersial, alat berat, layanan logistik, sistem teknologi informasi dan jasa pertambangan dari Astra. Berbagai produk yang dihasilkan, antara lain minyak kelapa sawit, batu bara dan kendaraan bermotor, terus diekspor sehingga Astra dapat berkontribusi dalam menyumbangkan devisa bagi negara.

Produk & Layanan Astra 

Mengedepankan kesejahteraan bersama bangsa adalah hal yang selalu Astra pegang dalam menjalankan bisnisnya, yang didasarkan pada filosofi para pendiri perusahaan dan kepentingan utama dipegang oleh pelanggan. Demi menghasilkan produk yang berkualitas, bisnis Astra tidak terlepas dari integrasi para pemasok yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan, sebagai bagian dari rantai bisnis yang turut serta berperan dalam keberlanjutan bisnis yang dijalankan. Tentu saja hal ini sejalan dengan butir kedua Catur Dharma, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.

Sumber Daya Manusia Astra Yang Unggul

Pencapaian kinerja perusahaan yang baik tentu tidak terlepas dari sumber daya manusia sebagai aset utama yang memegang peranan penting. Kinerja perusahaan yang baik pun tidak lepas dari inovasi yang dilakukan secara berkelanjutan. Itulah mengapa Astra menyelenggarakan InnovAstra yang merupakan ajang tahunan untuk menampilkan dan menghargai kemampuan berinovasi seluruh Insan Astra di Indonesia. Kegiatan ini menjadi wadah dalam menciptakan dan membangun budaya invoasi di dalam perusahaan, dan telah berjalan selama 32 tahun tanpa henti.

Kontribusi Sosial Astra 

Dengan menciptakan keseimbangan antara kepentingan bisnis, sosial dan lingkungan, Astra berkontribusi kepada masyarakat, lingkungan serta bertanggung jawab kepada karyawan dengan menciptakan keseimbangan antara kepentingan bisnis, sosial dan lingkungan. Hal ini dilakukan melalui pendekatan yang terintegrasi dari empat pilar CSR Astra, yaitu: Pendidikan, Kewirausahaan, Lingkungan dan Kesehatan serta melalui 9 yayasan dimana Astra berinisiatif untuk memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.

Tak heran jika perusahaan besar ini berdedikasi tinggi untuk maju terus membangun bangsa. Terus bagaimana dengan kita? Mungkinkah kita dapat melakukan hal yang sama? Kenapa tidak? Kita dapat memulainya dengan melakukan hal-hal kecil dan sederhana namun konsisten, seperti: tidak membuang sampah sembarangan, mengurangi penggunakan plastik, menghabiskan makanan agar tidak menjadi sampah atau membuat arisan bak sampah agar warga sekitar rumahmu tidak membuang sampah sembarangan. XD

Terima kasih ASTRA, teruslah mengispirasi, jadi yang teristimewa hingga sejahtera bersama bangsa dengan memberikan nilai terbaik kepada segala lapisan masyarakat. Kepadamu harapan ini berlabuh…

– Berbagai Sumber-