Saya Dan Lima Hal Yang Menarik Dari Makassar

Walau tidak lahir dan menghabiskan seluruh waktu di Makassar, tapi jika kelak harus pergi nanti, inginnya Makassar adalah tempat saya melihat segalanya untuk terakhir kali. Ada banyak hal yang membuat saya mencintai kota ini walau-pun dari hari ke hari semakin semraut saja;

Hampir setiap ruas jalan akan tergenang air jika hujan turun hingga untuk sampai ke suatu tempat memakan waktu lebih lama; antrian kendaraan dalam satu jalur kadang berjarak 2 meter saja, mau tidak mau kaki mesti terlatih untuk terus menginjak pedal rem; Ada banyak bangunan berdiri menutup langit padahal di sebelahnya ada rumah penduduk dengan dinding yang saling menempel dan anak-anak berlarian tak tentu arah; Ada perluasan lahan berjudul revitalisasi yang menyudutkan matahari hingga benar-benar tak lagi nampak laut menelannya perlahan hingga menyisakan warna jingga di langit senja.

Tak sampai di situ,  pesisir yang dulunya berair kini bertanah coklat dengan sisa pijakan ban selebar rentangan tangan dimana-mana. Lalu tiba-tiba, tanah coklat itu memiliki sertifikat hak milik yang diberitakan papan-papan kayu bercat putih dengan huruf kapital besar berwarna hitam bertuliskan nama pemiliknya. Terus itu semua salah siapa? Salahkan saja rumput yang bergoyang.

Namun, ada 5 hal dari kota ini yang tidak akan saya berani lupakan untuk selamanya. Pertama, kuliner, ragam kuliner yang ada di Makassar memang menjadi salah satu yang paling menarik untuk dijajal ketika pelesir ke Makassar, bahkan warga Makassar sendiri juga tidak pernah bosan untuk menikmati masakan khas daerahnya.

Coto misalnya, hampir di semua sudut kota Makassar ada penjual coto bahkan dapat dicapai hanya dengan berjalan kaki 5 hingga 10 menit dari satu warung ke warung lainnya. Gak heran jika Makassar begitu percaya diri mengangkat kuliner untuk menjadi salah satu kota kreatif UNICEF dengan fokus gastronomi, sebab selain coto ada sekitar lebih kurang 200 makanan yang terdata sebagai makanan khas Makassar -Bugis-Makassar- baik yang masih asli resepnya juga yang telah mengalami modifikasi resep; dari jajanan pasar, makanan berat, makanan ringan, makanan laut hingga masakan rumahan.

Dari dapur keluarga saya sendiri banyak menu turun temurun yang selalu sayang untuk dilewatkan. Bukan Coto, bukan Pallubasa, bukan pula Pisang Ijo yang terkenal itu tapi Bundu-bundu; kuliner ini berbahan dasar ayam kampung dipotong dadu kemudian dimasak dalam waktu 1 hingga 2 jam dengan mentega yang menenggelamkan potongan daging, merica dan sedikit kunyit serta bumbu lainnya hingga minyak dari ayam kampung keluar lalu mentega meninggalkan warna kuning keemasan pada potongan-potongan ayam tadi. Rasanya? Jangan ditanya lagi, nasi hangat se-dandang dapat tandas hanya dengan berlauk masakan yang satu ini.

Kedua, Makassar memiliki banyak objek wisata yang dapat di sambangi walau untuk kedatangan satu hari atau kurang dari 24 jam. Dua ruang terbuka dengan impian menjadi alun-alun kota yang ikonik, apalagi jika bukan Benteng Rotterdam dan Ajungan Pantai Losari dengan Masjid Terapung yang semuanya tidak dipungut bayaran terbuka lebar untuk dikunjungi.

Kebanyakan sore hingga malam dihabiskan oleh warga Makassar ataupun pendatang di dua tempat ini. Oh ya, ada satu lagi tempat yang sering jadi tempat nongkrong, yaitu di pinggiran fly over jalan Perintis Kemerdekaan. Biar kata seram dan rawan kecelakaan masih ada ajah yang hobi nongkrong di sana. Menurut saya tipe pengunjung tempat ini emang bukan turis dari kota luar Makassar, tapi turis lokal, warga sekitar dengan tingkat keberanian yang cukup tinggi, gak takut jatuh dan gak takut diciduk petugas keamanan. XD

Ketiga, Bentor. Tahu apa itu bentor? Jadi bentor adalah kependekan dari becak motor, sejenis Autobot [dari film Transformer] versi lokal… Eh salah bukan Autobot deng, tapi Decepticon yang memiliki kecenderungan sama; sering tiba-tiba nyalip, berisik, gak punya rem, menyebalkan, gak punya perasaan dan beberapa suka tipu-tipu.

Walaupun demikian bentor menjadi sangat menarik untuk ditumpangi dalam rute seputaran kompleks perumahan saya. Ia juga mudah ditemukan pada perempatan jalan dan gak perlu susah olah raga jika ingin mengeluarkan keringat, cukup naik bentor lalu minta lajunya dipercepat. Dijamin bakalan keringetan, iya keringet dingin!.

Bukan Cuma itu, untuk jenis yang baik kadang mereka dapat menjadi penolong untuk segala masalah pertukangan, seperti; membetulkan genteng yang bocor, membersihkan saluran cuci piring yang tersumbat, benerin tegel yang pecah hingga mengangkat meja kayu bayam sepanjang 2,5 meter berkali-kali pindah dari ruangan satu ke ruangan lainnya demi memuaskan hasrat pemilik rumah yang agak rese. Untuk tipe yang seperti ini lebih dikenal sebagai Babang Bentor.

Keempat, Mall dan Malam di Makassar. Walau tak benar jika manaruh cinta berlebih pada Mall atau pusat perbelanjaan karena sesungguhnya cinta yang benar itu harus berbalas bahkan sangat disarankan untuk menghindarinya, karena mall; pasar; atau pusat perbelanjaan tempatnya cetang, tapi Mall-mall di Makassar lebih menyenangkan bagi saya untuk dikunjungi dari mall daerah lain yang pernah saya datangi. Kedekatan emosional saya dengan mereka melebihi kedekatan Marimar dan Fulgoso!. Apalagi beberapa mall seperti Mall Ratu Indah Makassar, Trans Studio Mall Makassar memiliki masjid serta musholah yang sangat nyaman. Bukankah seharusnya setiap mall atau pusat perbelanjaan yang ada di Makassar berguru pada mereka berdua?

Setelah itu saya akan sangat menikmati perjalanan malam hari di kota Anging Mammiri ini dengan menyusuri jalan Penghibur dimulai dari pertigaan jalan depan hotel Pantai Gapura yang bersebrangan dengan kedai kopi ber-patung beruang setinggi 4 meter di atas pintunya terus ke arah Pantai Losari kemudian berbelok ke jalan Metro Tanjung Bunga untuk pulang ke rumah.

Rute ini menjadi pilihan favorit saya dan keluarga karena penuh dengan lampu-lampu, ada jalur hijau trotoar yang ditengahnya ditumbuhi pohon-pohon kelapa, banyak pejalan kaki, ada mereka yang duduk di pinggir pantai menikmati pisang epe atau sekedar menyeruput kopi hitam dengan uap yang mengebul serta tak ketinggalan odong-odong dengan musik yang sanggup membuat kami mengarahkan pandangan terus ke mereka hingga hilang dalam batas pandang lalu ditutup dengan rajukan anak yang duduk di bangku sekolah dasar kelas 1.

Bagian akhir dari perjalanan malam ini adalah melewati jalan Tanjung Bunga dengan ruas  jalan lebar, tenang, diam, serta bukan daerah padat penduduk yang membuat kita kadang jantungan karena ada orang atau kendaraan yang tiba-tiba muncul entah dari mana ketika mengemudi. Yaa walaupun daerah ini hasil timbunan dari entah gunung mana yang dikeruk, tapi melintasinya mengingatkan nyamannya mendekam dalam selimut ketika hari hujan.

Setelah empat hal diatas yang ke lima adalah, bahwa kota ini sebuah penyimpan kenangan yang baik. Kota kelahiran orang tua saya –atta; bapak- dan kota dimana Ia mengajak seorang wanita sunda belasteran Jawa  membangun sebuah keluarga yang penuh dengan cinta, tempat dimana keduanya menghabiskan hari tua hingga salah satu dari mereka harus pergi lebih dulu meninggalkan kami semua, juga meninggalkan air mata yang berceceran dimana-mana dan hati yang selalu merindu.

Saya pun memiliki kehidupan yang begitu menyenangkan di sini, memiliki banyak teman, menghabiskan masa sekolah di Sekolah Menengah Atas, jatuh cinta untuk pertama kalinya, menangis untuk sesuatu yang bodoh, terluka, patah hati atau sekedar menikmati sore dengan mereka yang saya sayangi di teras rumah kami, sambil menanti penjaja bakso tusuk keliling muncul.

Demikianlah Makassar, tidak akan pernah hilang begitu saja, ia selalu mencintai kita, ia bercerita banyak tentang kehidupan saya, kehidupan kami, kehidupan mereka juga kehidupanmu.

 

36 thoughts on “Saya Dan Lima Hal Yang Menarik Dari Makassar”

  1. deh soal mall dan tempat sholatnya, saya setuju kalau MaRI dan Trans Mall memang paling bagus mushollanya. MaRI malah sudah sekelas masjid, bukan mushallah lagi.

    hanya MP yang agak nyelip dan kecil.

    dan saya baru tahu ada makanan bundu-bundu, hahaha

  2. deh soal mall dan tempat sholatnya, saya setuju kalau MaRI dan Trans Mall memang paling bagus mushollanya. MaRI malah sudah sekelas masjid, bukan mushallah lagi.

    hanya MP yang agak nyelip dan kecil.

    dan saya baru tahu ada makanan bundu-bundu, hahaha

  3. Saya yang lahir dan besar di Makassar merasa apa yang Kak Ungs rasa. Kita kok masih bisa cinta pada kota yang makin hari makin tidak manusiawi ini yah?

  4. Saya yang lahir dan besar di Makassar merasa apa yang Kak Ungs rasa. Kita kok masih bisa cinta pada kota yang makin hari makin tidak manusiawi ini yah?

  5. Postingan ini bikin kangen Makassar dengan segala pernak-perniknya 😁
    Banyak alasan untuk rindu, saya pun merencanakan menghabiskan masa tua di kota ini jika bisa.

  6. Postingan ini bikin kangen Makassar dengan segala pernak-perniknya 😁
    Banyak alasan untuk rindu, saya pun merencanakan menghabiskan masa tua di kota ini jika bisa.

  7. Kalau sudah lama di Makassar, pasti orang-orang pada cerita tentang kulinernya terumata coto Makassar..Selama 9 tahun udah di Kota Makassar , sekali sebulan saya juga pasti cari kuah terenak di Kota Daeng ini..Overall, semoga betah di Makassar yah kakak..

  8. Kalau sudah lama di Makassar, pasti orang-orang pada cerita tentang kulinernya terumata coto Makassar..Selama 9 tahun udah di Kota Makassar , sekali sebulan saya juga pasti cari kuah terenak di Kota Daeng ini..Overall, semoga betah di Makassar yah kakak..

  9. Saya juga paling bangga, kalau bercerita ke orang lain ttg Makassar, melulu soal kuliner nya. Makassar memang surga bagi para pencinta kuliner. Btw, saya baru tahu itu ada masakan ayam namanya bundu-bundu… hahaha

  10. Saya juga paling bangga, kalau bercerita ke orang lain ttg Makassar, melulu soal kuliner nya. Makassar memang surga bagi para pencinta kuliner. Btw, saya baru tahu itu ada masakan ayam namanya bundu-bundu… hahaha

  11. Kalau kata orang Jogja itu ngangenin, menurutku Makassar lebih bikin kangen.

    Padahal sa tahu di sana itu panas dan berdebunya macam apa, ditambah lagi sekarang macet di mana-mana. Mau wisata, pantai Tanjung Bunga dkk sudah maksimalmi itu. Kalau hujan di sana pasti ndak pernah tenang dan harus siap-siap dengan banjir.

    Tapi Makassar ngangenin, setidaknya menurut saya yang 19 tahun tinggal di sana. Terutama kulinernya. Belum pernah k’ temukan kuliner seenak di Makassar, yang biar berkali-kali dimakan ndak pernah bikin bosan. Terus keaktifan komunitasnya, pete-petenya, bahasa eh logatnya…Apalagi di’? Banyaklah pokoknya. Kok ya jadi pengen bikin tulisan serupa hehehe..

  12. Kalau kata orang Jogja itu ngangenin, menurutku Makassar lebih bikin kangen.

    Padahal sa tahu di sana itu panas dan berdebunya macam apa, ditambah lagi sekarang macet di mana-mana. Mau wisata, pantai Tanjung Bunga dkk sudah maksimalmi itu. Kalau hujan di sana pasti ndak pernah tenang dan harus siap-siap dengan banjir.

    Tapi Makassar ngangenin, setidaknya menurut saya yang 19 tahun tinggal di sana. Terutama kulinernya. Belum pernah k’ temukan kuliner seenak di Makassar, yang biar berkali-kali dimakan ndak pernah bikin bosan. Terus keaktifan komunitasnya, pete-petenya, bahasa eh logatnya…Apalagi di’? Banyaklah pokoknya. Kok ya jadi pengen bikin tulisan serupa hehehe..

  13. Saya selalu suka dengan tulisan-tulisan unga yang ringan. Tsahhh!
    Mulai membaca dari paragraf pertama saja sudah bikin baper…eaaaa atau saya memang gang terlalu sentimentil dalam memandang sesuatu hal. Eh apa omong inikah. Btw, saya setuju soal mall ratu indah dan trans mall yang punya mushalla keren. Selalu nyaman shalatnya di sana. Argh tetiba merindukan Makassar 🥴

  14. Saya selalu suka dengan tulisan-tulisan unga yang ringan. Tsahhh!
    Mulai membaca dari paragraf pertama saja sudah bikin baper…eaaaa atau saya memang gang terlalu sentimentil dalam memandang sesuatu hal. Eh apa omong inikah. Btw, saya setuju soal mall ratu indah dan trans mall yang punya mushalla keren. Selalu nyaman shalatnya di sana. Argh tetiba merindukan Makassar 🥴

  15. Fadel sering rikues naik bentor. Mungkin dia throwback kayak naik odong-odong waktu kecil Kali yaa. Tapi ini versi lebih ekstrimnya hahaha

  16. Fadel sering rikues naik bentor. Mungkin dia throwback kayak naik odong-odong waktu kecil Kali yaa. Tapi ini versi lebih ekstrimnya hahaha

  17. Saya baru tinggal di Makassar sekitar 4 tahunan lebih. Tapi kota ini susah banget kalau mau ditinggalkan, kenangannya banyak, itu yang yang membuat saya gagal move on ketika dipanggil sama ibu ke Kalimantan hehe

  18. Saya baru tinggal di Makassar sekitar 4 tahunan lebih. Tapi kota ini susah banget kalau mau ditinggalkan, kenangannya banyak, itu yang yang membuat saya gagal move on ketika dipanggil sama ibu ke Kalimantan hehe

  19. Saya juga mencintai kota Makassar dengan segala kenangannya *eh meski baru tinggal selama kurang lebih 4 tahun di sana…

    Btw saya kira akronim dari becak motor itu bemtor, kak😅 atau penyebutannya memang bentor…

    Klu masjid di MARI memang saya akui keren banget, tapi kayaknya saya baru sekali shalat di sana karena emang jarang ke MARI langganannya di MP aja atau MTOS😅

    1. Iyadih harusnya kalo singakatan itu bemtor, kenapa jadi pada sebutnya beentor yah, anuh barangkali becak n motor 😂

  20. Saya juga mencintai kota Makassar dengan segala kenangannya *eh meski baru tinggal selama kurang lebih 4 tahun di sana…

    Btw saya kira akronim dari becak motor itu bemtor, kak😅 atau penyebutannya memang bentor…

    Klu masjid di MARI memang saya akui keren banget, tapi kayaknya saya baru sekali shalat di sana karena emang jarang ke MARI langganannya di MP aja atau MTOS😅

    1. Iyadih harusnya kalo singakatan itu bemtor, kenapa jadi pada sebutnya beentor yah, anuh barangkali becak n motor 😂

  21. Bundu-bundu yang saya tahu yang versi orang Duri. Ayam yang dimasak sama kelapa parut sangrai yang ditumbuk sampai berminyak. Dimakan sama pulut mandoti. Deh, enaknyaa..

  22. Bundu-bundu yang saya tahu yang versi orang Duri. Ayam yang dimasak sama kelapa parut sangrai yang ditumbuk sampai berminyak. Dimakan sama pulut mandoti. Deh, enaknyaa..

  23. Akhirnyaaa menemukan tulisan panjang menyejukkan di blog ini lagi. Tulisan khas Unga yang ringan dan Lucu bikin senyum.

    Btw jadi kapan kita coba bundu-bundu ini xD

  24. Akhirnyaaa menemukan tulisan panjang menyejukkan di blog ini lagi. Tulisan khas Unga yang ringan dan Lucu bikin senyum.

    Btw jadi kapan kita coba bundu-bundu ini xD

  25. Saya lahir dan besar di sini sih kak, Makassar. Tapi merasa mau ma kabur dari ini kota. Hebatnya Kak Unga segitu mencintainya. Btw sa dak suka itu bentor kak 🤣 ballisiku lihatki

    1. Hahahaha, tadinya saya juga ndak suka tapi ternyata salah kalau saya terus membenci, jadi coba mencintai dari sudut yang berbeda.

  26. Saya lahir dan besar di sini sih kak, Makassar. Tapi merasa mau ma kabur dari ini kota. Hebatnya Kak Unga segitu mencintainya. Btw sa dak suka itu bentor kak 🤣 ballisiku lihatki

    1. Hahahaha, tadinya saya juga ndak suka tapi ternyata salah kalau saya terus membenci, jadi coba mencintai dari sudut yang berbeda.

  27. Saya lahir dan besar di Makassar~ dan 5 hal yang menarik adalah:
    1. Coto
    2. Pallubasa
    3. Sop Saudara
    4. Pulau, pantai, laut
    5. Mie pangsit bab*

    Hahahaha banyakan makanannya dari yang lain-lain. *elus-elus perut

  28. Saya lahir dan besar di Makassar~ dan 5 hal yang menarik adalah:
    1. Coto
    2. Pallubasa
    3. Sop Saudara
    4. Pulau, pantai, laut
    5. Mie pangsit bab*

    Hahahaha banyakan makanannya dari yang lain-lain. *elus-elus perut

Comments are closed.