Hari itu adek pulang cepat dari sekolah, katanya ada rapat guru dan seluruh murid dipulangkan lebih awal. Jilbabnya sedikit miring hingga poninya yang lepek terlihat menyembul, udara memang panas akhir-akhir ini. Sementara tak ada senyuman terlukis dari wajahnya melainkan lengkungan yang tertarik ke bawah dari ujung-ujung bibirnya yang lucu, salam-pun diucapkan dengan nada yang lebih rendah dari biasanya, dia hanya membalas pelukan saya sekenanya.
Sebenarnya salah satu moment yang saya nanti dengan anak adalah menyambut mereka ketika pulang sekolah lalu membuka lebar-lebar tangan dan menghujani pelukan sambil menanyakan keadaan mereka di sekolah. Sayangnya anak SD kelas 2 yang satu ini hanya melingkarkan tangan mungilnya ke pinggang saya dengan longgar lalu pergi bersih-bersih, membuka kulkas dan terdengar suara air yang diteguk beberapa kali diakhiri dengan helaan nafas panjang.
“Momih, saya bersedih!”. Katanya membuka obrolan usai mengganti baju. -“Duh, kenapa lagi sih nih anak?”pikir saya dalam hati- Sedikit khawatir saya berusaha bertanya dengan nada senormal mungkin padanya. Sebab akhir-akhir ini banyak drama yang adek buat, misalnya tidur selonjoran di bangku kelas dengan santainya saat pelajaran berlangsung atau pulang dengan gak kalah santainya ketika bel bunyi padahal dia belum selesai nulis tugas! Dan pasti, pada akhirnya emak-nya-lah yang dapet surat cinta dari Bu Guru. XD Continue reading “Inspirasi Rumah, Semewah dan Sehangat Pelukan Ibu”