Bimbingan Teknis Wisata Kuliner Dan Belanja

bimtek7

Menyusun itinerary, mengolah produk lokal menjadi paket wisata dan menjadikannya bernilai jual adalah hal yang sering saya lakukan, duluuu ketika saya kuliah. Kemudian diaplikasikan dalam kehidupan nyata ketika saya memilih bekerja di sebuah travel dan ditempatkan pada divisi tourism. Menyenangkan, rasanya hidup begitu sempurna, disiplin ilmu yang saya perjuangan bertahun-tahun dengan pengorbanan, tangis dan air mata dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

bimtek.jpg
Bimbingan teknis pengembangan wisata kuliner dan belanja

Ngomong-ngomong tentang menyusun itinerary, ini saya lakukan kembali setelah menyimpannya rapat-rapat bersama kenangan –ngek!- Nggak deng, ini saya lakukan bersama puluhan peserta yang mengikuti Bimbingan Teknis Pengembangan Destinasi Wisata Kuliner dan Belanja, Rabu-Kamis, tanggal 3 dan 4 Mei 2017 lalu yang diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata melalui Dinas Pariwisata Kota Makassar. Acara yang digelar di Hotel Santika Makassar dua hari berturut-turut ini, juga diikuti oleh asosiasi-asosiasi; PHRI, ASITA, APPBI dan beberapa pihak terkait lainnya.

Mengangkat Kuliner dan Belanja, Kementrian Pariwisata sekali lagi ingin mengingatkan kita bahwa kedua hal ini memiliki potensi besar untuk dapat dijadikan sumber pendapatan negara. Yang kemudian menjadi PR bersama bagi daerah-daerah tujuan wisata agar dapat membuat produk wisata dari kuliner dan belanja serta mengemasnya dengan baik yang tentu saja diharapkan dapat menarik wisatawan baik wisatawan lokal maupun wisatawan mancanegara, sesuai dengan target pemerintah di tahun 2016 hingga tahun 2019, mendatangkan 20 juta wisatawan.

Dengan kekayaan alam dan budayanya; 1340 suku bangsa, 2500 spesies ikan laut, 2184 spesies ikan air tawar, 88 juta Ha hutan tropis, 52 tipe vegetasi, 40.000 spesies tumbuhan serta keunikan dan ke-khas-an lainnya membuat Indoensia sebenarnya mampu menjadi tempat tujuan wisata terbesar di Asia. Itulah mengapa kuliner dan belanja menjadi fokus dari Kementrian Pariwisata untuk dibenahi dan diperbaiki bersama dengan konsep wisata kuliner – gastronomi; makanan menjadi gaya hidup, mengangkat produk lokal, mengangkat cerita dan sejarah tentang makanan tersebut, menelisik cara pembuatannya serta mengangkat faktor makanan sehat kaya nutrisi.

bimtek8

Ya, kuliner dan belanja adalah dua hal yang sangat erat kaitannya, makan-makan tanpa belanja-belanja sama hampanya dengan belanja-belanja tanpa makan-makan. Setuju? Saya setuju … Untuk itulah dalam dua hari itu kami didampingi oleh beberapa narasumber baik dari pihak kementrian pariwisata itu sendiri, yakni membahas Pengembangan Wisata Kuliner diisi oleh Tim Percepatan Pengembangan, Interprestasi oleh ibu Wiwien T. Wiyonoputri, Kiat Membuat Paket Wisata oleh bapak Tendi Naim serta Wisata Gastronomi di Indonesia oleh bapak Arie Parikesit. Tak hanya itu, kami pun diberi kesempatan untuk melakukan site visit ke beberapa destinasi wisata; wilayah jalan Somba Opu dan sekitarnya sebagai pusat oleh-oleh untuk kelompok 1 dan wilayah jalan Nusantara, Pasar Butung dan sekitarnya untuk kelompok 2 sebagai pusat perbelanjaan.

bimtek6
suasana jalan depan pasar butung

Jika dulu saya sibuk ngurusin orang jalan-jalan, hari itu saya senang sekali dapat bergabung dalam site visit ke wilayah jalan Nusantara dan sekitarnya. Ada banyak kisah dengan segala dinamika kehidupan yang terjadi di sepanjang jalan Nusantara ini, sebuah kawasan yang merupakan area pelabuhan dan juga tempat hiburan malam di Makassar yang sangat legendaris, yang mana juga termasuk pula dalam kawasan pusat perbelanjaan; ada sebuah pasar di sekitar kawasan ini yang telah berdiri sejak lebih kurang seratus tahun yang lalu, tepatnya tahun 1917 dan didirikan pada masa pemerintahan Kolonial Belanda, Pasar Butung namanya.

bimtek2
suasana dalam pasar butung

 

bimtek4
los penjual pakaian di pasar butung
bimtek5
salah satu los penjual asesoris

Pasar tradisional yang sudah menjadi pasar modern ini dulunya dipenuhi oleh pendatang-pendatang dari daerah Buton, sebuah pulau di Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan aspalnya. Artikulasi penyebutan kata Buton menjadi Butung disinyalir didapatkan dari pemerintah Kolonial Belanda. Hingga kini Pasar Butung menjadi salah satu pusat belanja terbesar juga pusat grosir terbesar di Indonesia Timur.

Setelah mengunjungi Pasar Butung, kami melanjutkan perjalanan ke sebuat toko kue di jalan Serui yang menyediakan penganan khas Sulawesi Selatan. Toko kue ini juga masih mempertahankan sebagian bangunan aslinya yang masih bergaya Kolonial Belanda. Ragam kue dan makanan tradisional ada di toko ini, kuliner lokal yang dibuat dengan proses sederhana namun berkualitas, tetap lezat dan nikmat. Kemudian bimbingan teknis hari itu ditutup dengan diskusi kelompok malamnya dan hasil diskusi tersebut akan dipresentasikan besoknya oleh masing-masing kelompok.

Ada banyak hal yang saya dapat bagi dari dua hari yang menyenangkan itu untuk kalian? Beberapa diantaranya tentu saja bahwa setiap item atau pun produk-produk wisata yang ada di daerah masing-masing sebenarnya berpotensi untuk dijadikan daya tarik untuk wisatawan, dapat dibuat oleh siapa saja dan kapan saja dengan sangat menarik suguhan pengalaman dan kenangan juga mantan yang tidak akan terlupakan untuk mereka yang datang.

bimtek9.jpg