Ia tumbuh di atas kehormatan yang sempurna, jiwa yang berwibawa, cinta akan kebaikan dan akhlak yang baik. Ketika masih kecil ia sudah mengalami pahit getirnya perjuangan, menyaksikan serentetan tipu daya orang-orang kafir terhadap ayahnya yang agung, sehingga ia berangan-angan seandainya saja ia mampu, maka akan ditebus dengan nyawanya.
Hanya saja ketika itu ia masih kecil.Pada usia itu pula, ibundanya meninggal yang menyebabkan beliau dalam kesedihan, penderitaan dan kesusahan. Sepeninggal ibu beliau, ia merasakan ada tanggung jawab dan pengorbanan yang besar di hadapannya untuk membantu perjuangan ayahnya yang sedang meniti jalan yang keras di jalan dakwah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Salah satu bentuk upaya beliau membantu perjuangan sang ayah adalah tatkala ia mempertaruhkan jiwanya, ia tidur di tempat tidurnya Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam untuk mengelabui orang-orang Quraisy agar mereka menyangka bahwa Nabi belum keluar. Beliau menanggung hidup dalam kekurangan dan banyak mengalami kesulitan dan kesusahan.
Akan tetapi seorang wanita yang dibina oleh Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam tidak akan bersedih hati terlebih lagi berputus asa. Bahkan beliau adalah profil wanita yang konsisten. Juga profil istri shalihah yang sabar menghadapi kesulitan dan kesempitan hidup. Ia juga merupakan tokoh paling ideal dalam bergaul dengan tetangga dan kerabat-kerabatnya.
Bahkan pernah suatu ketika Fathimah az-Zahra meminta seorang pembantu kepada Rasulullah untuk membantu pekerjaan beliau. “Alangkah lelahnya engkau wahai Fathimah sehingga menyedihkan hatiku”, kata sang suami. Akhirnya mereka berdua datang kepada Rasulullah, “Tetaplah di tempat kalian berdua…! Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta kepadaku itu?” Mereka menjawab, mau ya Rasulullah.. “Kuajarkan kepada kalian kata-kata yang diajarkan Jibril kepadaku, ucapkan setiap selesai shalat fardhu Subhanallah 10 kali, Alhamdulillah 10 kali, dan Allahu Akbar 10 kali. Apabila kalian hendak tidur maka bacalah Subhanallah 33 kali, Alhamdulillah 33 kali dan Allahu Akbar 33 kali. Hal itu lebih baik bagi kalian berdua daripada seorang pembantu.” (Shahih Muslim) Setelah Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menikah dengan Aisyah rodhiyallahu ‘anha, maka orang-orang utama di kalangan sahabat mencoba melamar az-Zahra setelah tadinya menahan diri karena keberadaan dan tugasnya di sisi Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam.
Diantara sahabat yang melamar az-Zahra adalah Abu Bakar dan Umar, akan tetapi Nabi menolak dengan cara yang halus. Kemudian datang Ali bin Abi Thalib mencoba mendatangi Nabi utuk meminang Fathimah az-Zahra.
Ali menuturkan, ia mendatangi Rasulullah untuk meminang putri beliau padahal Ali tidak memiliki apa-apa, ia hanya ingat akan kebaikan beliau. Ali memberanikan diri untuk meminangnya.
Nabi berkata kepadaku, “Apakah kamu memiliki sesuatu?” Tidak ya Rasulullah jawab Ali. Lantas di manakah baju besi al-Khutaimah yang pernah aku berikan kepadamu pada hari lalu?, Tanya Rasulullah. Masih aku bawa ya Rasulullah.
Selanjutnya Nabi bersabda, “Berikanlah barang itu kepada Fathimah sebagai mahar.” (Thabaqat ibnu Sa’ad VIII/12)Kemudian Ali menjual baju besi tersebut kepada Utsman bin Affan dengan harga 470 dirham. Lalu Ali menyerahkan uang tersebut kepada Rasulullah. Sebagian uang tersebut dibelikan parfum dan wewangian, sedangkan sisanya diserahkan kepada Ummu Salamah untuk dibelikan perlengkapan pengantin.
Setelah satu tahun pernikahan keduanya, Allah mengkaruniakan penyejuk pandangan dengan lahirnya cucu pertama dari Rasulullah yang diberi nama Hasan. Belum lagi umur Hasan satu tahun menyusul kemudian lahirlah Husein pada tahun 4 Hijriah. Kemudian diikuti buah yang penuh berkah dengan lahirnya dua orang putri beliau yang diberi nama Zainab dan Ummu Kultsum.
Cinta Karena Allah Karena kecintaan Rasulullah kepada Fathimah, apabila pulang dari safar, beliau masuk masjid lalu shalat dua rakaat kemudian mendatangi Fathimah baru kemudian mendatangi istri-istri beliau. Sekalipun demikian melimpahnya kecintaan beliau, tidak menghalangi beliau untuk memarahinya, mencela bahkan mengancam dan bahwasanya sekali-kali Rasululah tidak dapat menolong Fathimah dari kehendak Allah. “Demi Allah seandainya Fathimah binti Muhammad itu mencuri niscaya akan aku potong tangannya.” (HR. al-Bukhari dalam Kitabul Hudud VIII/ 16 dan Muslim dal al-Hudud No.1688)
Bahkan lebih dari itu, dengan kecintaan Nabi yang sangat mendalam kepada Fathimah, beliau lebih mendahulukan pemberiannya kepada orang-orang fakir dan yang membutuhkan sekalipun beliau dalam keadaan sulit dan susah.
Setelah Rasulullah melakukan haji yang terakhir beliau menderita sakit. Mendengar berita tersebut Fathimah segera pergi menemui ayahnya untuk menghibur dan menenangkan hatinya, sementara Rasulullah ketika itu bersama Aisyah. Setelah enam bulan wafatnya Rasulullah, az-Zahra sakit namun beliau bergembira sebab beliau adalah anggota keluarga pertama yang akan bertemu Nabi dan pada tanggal 3 Ramadhan tahun 11 Hijriah tatkala beliau berumur 27 tahun beliau menghadap Allah.
unga,, unga,,,,
hmpp,, ada ga yach wanita jaman sekarang yg ky fathimah az-zahra,,??
klo ada,, mau dunk satu hehehehe,,,,
__________
unga :
klu krizzna mao satu.. krizzna jg harus brusaha jadi kek suaminya ibu fatimah az-zahra…..:)
unga,, unga,,,,
hmpp,, ada ga yach wanita jaman sekarang yg ky fathimah az-zahra,,??
klo ada,, mau dunk satu hehehehe,,,,
__________
unga :
klu krizzna mao satu.. krizzna jg harus brusaha jadi kek suaminya ibu fatimah az-zahra…..:)
Perbezaan yang ketara diantara kumpulan wanita pada masa zaman Rasululllah dengan pergerakan pembebasan wanita pada masa kini ialah pada matlamat perjuangan. Matlamat perjuangan wanita pada zaman Rasulullah adalah untuk kepentingan agama dan akhirat mereka. Sedangkan matlamat perjuangan gerakan pembebasan wanita masa kini ialah untuk mendapat ganjaran meterial dan kepentingan duniawi.
Wanita yang menyedari hakikat kehidupan yang sementara ini, akan faham tuntutan agama terhadap dirinya. Mereka memperjuangkan sesuatu perkara itu bukan lah kerana mencari kepuasan diri atau membina nama dan kemashuran tapi demi mengangkat ‘izzah wanita yang telah diselamatkan dari “kegelapan” yang pernah dilalui oleh wanita pada zaman kejahilan dahulu sehinggalah cahaya islam menerangi serata alam.
nice blog from unga 🙂
very nice
Perbezaan yang ketara diantara kumpulan wanita pada masa zaman Rasululllah dengan pergerakan pembebasan wanita pada masa kini ialah pada matlamat perjuangan. Matlamat perjuangan wanita pada zaman Rasulullah adalah untuk kepentingan agama dan akhirat mereka. Sedangkan matlamat perjuangan gerakan pembebasan wanita masa kini ialah untuk mendapat ganjaran meterial dan kepentingan duniawi.
Wanita yang menyedari hakikat kehidupan yang sementara ini, akan faham tuntutan agama terhadap dirinya. Mereka memperjuangkan sesuatu perkara itu bukan lah kerana mencari kepuasan diri atau membina nama dan kemashuran tapi demi mengangkat ‘izzah wanita yang telah diselamatkan dari “kegelapan” yang pernah dilalui oleh wanita pada zaman kejahilan dahulu sehinggalah cahaya islam menerangi serata alam.
nice blog from unga 🙂
very nice