“Jangan sampai kamu jatuh sakit, lalu jatuh miskin juga!”
Geeerrr! Seisi ruangan tertawa mendengar penjelasan Dr. dr. H. Rachmat Latief, M.Kes., MHA, Sp.DP, KPTI, FINASIM dari RS Awal Bros Makassar. Jauh dari derai tawa tamu yang hadir siang itu, hati saya rasanya perih. Apa yang dikatakan dr. Rachmat itu benar, tidak ada yang salah dan saya pernah melaluinya, saat penyakit kritis yang membawa ibu saya pergi, kami dalam keadaan tidak benar-benar siap.
“Keluar biaya yang tidak sedikit, kehilangan waktu, kehilangan kerja bahkan kehilangan penghasilan karena sakit, kita sudah setengah mati bayar biaya kesehatan, orang hanya datang bawakan biskuit”. Sambungnya lagi. Yaaampun hahaha… agak-agak sarkas tapi lagi-lagi tidak salah. Saya sampai ikutan ketawa getir mengingat kenyataan ini hingga menghamburkan khayalan tentang ibu dan betapa repotnya kami harus bolak-balik rumah sakit dan mengecek deposit berkali-kali untuk memastikan tidak ada obat dan tindakan medis yang terlewat karena status pasien umum hingga harus siap dengan dana tunai dan tentu saja tidak sedikit.
Masalah kesehatan memang tidak akan ada habisnya, kesehatan adalah harta yang sangat berharga dan dewasa ini semakin nyata juga mengancam sehingga masyarakat selalu harus bersiap dan waspada. Secara global, World Health Organization (WHO) mengkategorikan permasalahan kesehatan hingga mencapai 68.000 jenis. Indonesia pun tak lepas dari bahaya kesehatan tersebut dan kita harus terus siaga terhadap kemunculan penyakit-penyakit baru. Para ahli memperkirakan 5 penyakit baru pada manusia muncul tiap tahun, tiga diantaranya bersumber dari binatang.
Tahun lalu masyarakat Sulawesi Selatan diguncangkan dengan kejadian luar biasa berupa demam serentak yang menimpa warga kabupaten Jeneponto. Dari 70 orang yang terkena demam, tujuh diantaranya meninggal dunia. Setelah investigasi yang menyeluruh, penyakit ‘misterius’ ini akhirnya diidentifikasi sebagai demam tifoid dan leptospirosis yang disebabkan oleh sanitasi buruk. Sementara itu Data dari Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan mununjukkan, terdapat 1.737 kasus DBD yang kemudian meningkat menjadi 2.141 penderita pada 2018.
Betapa hal ini mengingatkan kita bahwa penyakit kritis dapat menyerang siapa saja dan sebaiknya masyarakat tidak terpaku menghindari hanya satu penyakit tertentu. “Berbagai permasalahan kesehatan dapat terus bertambah akibat banyak faktor; seperti gaya hidup, globalisasi hingga perubahan iklim. Masyarakat perlu mengantisipasi ancaman penyakit kritis ini dengan mengubah gaya hidup mereka dan lebih menyadari ‘mahalnya’ kesehatan. Penyakit fisik dapat berimplikasi pada aspek psikologis, sosial hingga finansial yang dapat menggoyahkan stabilitas ekonomi dan masa depan keluarga”. Seru dr. Rahmat menutup sesi materi yang disampaikannya. Lagi-lagi saya setuju dengan dr. Rachmat, kita harus menyadari mahalnya kesehatan karena ketika kita sakit, bukan hanya kita yang sakit, ada keluarga juga orang-orang tercinta yang juga sakit hingga mempengaruhi aspek psikologis mereka.
Mengawali 2020, PT. Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia), membuat terobosan baru dengan meluncurkan PRUTotal Critical Protection dan PRUTotal Critical Protection Syariah, sebuah solusi rangkaian produk pelengkap asuransi tambahan inovatif pertama di industri dalam memastikan masyarakat Indonesia terlindungi secara total tanpa ada batasan jumlah maupun jenis penyakit kritis.
Sheila Widya Nanda, Senior Manager Product Development Prudential Indonesia menjelaskan “Asuransi kondisi kritis saat ini terbatas pada diagnosis jenis penyakit. PRUTop dan PRUTop Syariah menawarkan konsep baru perlindungan kondisi kritis yang berfokus pada perawatan, tindakan atau ketidakmampuan permanen yang terjadi akibat kondisi kritis. Hal itu yang menjadikan PRUTop dan PRUTop Syariah unggul di kelasnya karena kedua produk ini mampu melindungi kesehatan dan finansial masyarakat Indonesia secara menyeluruh dan memastikan mereka hidup tenang.
Sebagai asuransi tambahan pelengkap, masyarakat yang berusia 6 sampai 65 tahun dapat menikmati perlindungan ganda jangka panjang secara total ini hanya dengan menambahakan atau membeli paket PRUTop dan PRUTop Syariah dengan asuransi tambahan PRUCriss Cover Benefit Plus 61 (syariah) yang memberikan perlindungan kondisi kritis tahap akhir atau paket PRUTop dan PRUTop Syariah dengan asuransi tambahan PRUEarly Stage Crisis Cover Plus (syariah) yang memberikan perlindungan kondisi kritis sejak tahap awal.
Sementara Jens Reisch, President Director Prudential Indonesia, menjelaskan “Melalui kehadiran panjang selama hampir 25 tahun, Prudential Indonesia senantiasa meningkatkan komitmennya untuk menjadikan masyarakat Indonesia hidup lebih sehat dan lebih lama melalui beragam solusi perlindungan kesehatan dan kesejahteraan jangka panjang. Kami menyadari kebutuhan masyarakat Indonesia akan perlindungan yang makin dinamis. Oleh karena itu, dengan optimisme kampanye “We DO” Prudential, kami terus berinovasi dengan meluncurkan PRUTop dan PRUTop Syariah, rangkaian solusi asuransi yang melindungi masyarakat dari kondisi kritis secara total.
PRUTop dan PRUTop Syariah tersedia untuk nasabah Prudential Indonesia yang telah memiliki produk asuransi dasar PRULink Generasi Baru atau PRULink Syariah Generasi Baru. Dengan mengusung tagline “Hidup tenang dengan perlindungan total”. PRUTop dan PRUTop Syariah menawarkan beberapa keuntungan utama, yaitu:
- Perlindungan atas kondisi kritis yang lebih luas, tidak lagi terbatas pada jumlah penyakit kritis yang dilindungi.
- Maksimal uang pertanggungan hingga Rp. 5 Milyar.
- PRUTop dan PRUTop Syariah yang dibeli bersama PRUEarly Stage Crisis Cover Plus (konvensional dan syariah) merupakan perlindungan kondisi kritis yang komplit.
- Tidak ada ketentuan masa bertahan hidup (survival period)*.
- Perlindungan atas penyakit kritis yang belum ditemukan (future-proof).
Produk ini menjawab tantangan kesehatan yang makin kompleks dengan penyakit kritis yang kian berkembang. Namun sekali lagi, segala tindakan juga persiapan kita untuk hal-hal yang tidak diinginkan kembali pada kita semua. Harapannya semoga kita semua sehat dan bahagia selalu.