Siapa yang akhir-akhir ini sering pegal, otot tegang, sulit tidur dan sakit kepala? Atau Cemas, khawatir, mudah marah, selera makan meningkat/ menurun? Percayalah selain beberapa merupakan ciri gangguan jin dalam ilmu ruqyah syar’iyyah, gelaja tersebut merupakan gangguan fisiologis dan psikologis ketika mengalami stress. Saat sekarang dimana kita harus berhadapan dengan istilah New Normal –Skenario untuk mempercepat penanganan COVID-19 dalam aspek kesehatan dan sosial-ekonomi- jujur saja tingkat kestressan pasti meningkat apalagi rutinitas baru ini dibayang-bayangi dengan kata pandemi, mengaplikasikan protokoler kesehatan dalam masa pandemi rasanya dipenuhi tekanan pada jiwa.
Kondisi seperti ini memaksa kita harus pintar-pintar mengelola dan mengolah emosi. Jangan sampai yang tadinya ‘senggol bacok’ cuman jadi pernyataan lucu-lucuan, becandaan, belakangan jadi beda lucunya karena kita malah jadi pemeran utama, pelaku. Haha… Lunturlah sudah ke-kece-an mamah muda, lalu semua ke-kece-an itu tinggal kenangan gara-gara emosi yang tidak terkontrol, stress. Gak mau hal ini terjadi saya mengikuti kelas manajemen stress bersama INSIGHT Indonesia yang difasilitasi langsung oleh Coach Ochy (Fauziah Zulfitri) beserta timnya Coach Yenni Ramli, Fransiska Amir, dan Jihan Afandi.
Sebelumnya saya juga pernah mengikuti coaching class bersama Coach Ochy dan INSIGHT Indonesia, itu mengapa saya antusias mengikuti kelas kali ini karena memang sudah lama tidak bertatap muka dengan beberapa teman dan orang-orang baru. Membuka aplikasi Zoom lalu mendapati banyak wajah dengan senyuman manis rasanya bahagia, apalagi mengingat suguhan materi yang pasti tak kalah bergizi serta mengenyangkan. Saya rasa, saya butuh mereka, instruktur, kelas ini, hingga mendapati bahwa dunia akan baik-baik saja setelah apa yang terjadi selama ini; masuknya wabah Covid-19 ke Indonesia dan mengubah kehidupan orang banyak juga saya dengan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dianggap mampu mempercepat penanggulangan sekaligus mencegah penyebaran wabah Covid-19 semakin meluas di Indonesia. Sterss? Ya, saya stress!.
Memangnya apa sih stress itu?
STRESS – Particular relationship between the person and the environment that is appraised by the person as taxing or exceeding his or her resources and endangering his or her well-being (Lazarus & Folkman, 1984).
Jadi segala tuntutan ekternal dan internal yang dianggap sebagai beban atau melampaui sumber daya yang dimiliki dan membahayakan keberadaan atau kesejahteraan, itulah stress. Sederhananya stress itu perasaan tidak nyaman karena tidak dapat menerima kenyataan (haha), konotasinya pasti negatif, ke arah depresi; “agak gila”, gak percaya? Coba resapi kalimat ini; weh stress-stress ma ini. XD
Banyak hal yang menyebabkan stress dan sebagian besar dari kita tidak tahu apa yang menyebabkannya sehingga tidak dapat menimalisir stress itu sendiri lalu menyebabkan kondisi fisik terganggu. Adapun gejala umum stress yang dialami selama pandemi ini, yaitu
- Fisiologis, adalah stress yang disebabkan oleh gangguan struktur fungsi organ tubuh antara lain gangguan fungsi jaringan organ atau sistemik, struktur tubuh dan lain-lain sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
- Psikologis, adalah merupakan gangguan kejiwaan atau reaksi yang menunjukkan kacaunya pikiran seseorang ketika menghadapi ancaman, tekanan atau perubahan yang tidak terkirakan sebelumnya.
Dari data yang disajikan oleh INSIGHT Indonesia, 80% responden mengalami gejala stress selama masa pandemi Covid-19, dengan tingkat yang bervariasi dari sedang hingga berat dari status sosial dan kelompok usia yang berbeda.
Coaching Class
Akhirnya saat yang dinanti tiba juga dalam vitual kelas kali ini setelah moderator membuka kelas, sekali lagi Coach Ochy menanyakan “Bagaimana kabar teman-teman semua?” sapaan ringan yang penuh kehangatan membuat bahagia dan meningkatkan sistem imun, hehe. Dalam kelas pagi itu Coach Ochy menjelaskan bahwa dengan adanya New Normal ini maka mau tidak mau akan ada transformasi perilaku; perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal, lalu apa yang akan yang terjadi pada saat kita memasuki tahap itu, akankah tetap bertahan dengan segala faktor yang memicu terjadinya stress?
Rasanya saya memang membutuhkan kelas seperti ini, selempeng apapun kehidupan saya, secerdas apapun saya dapat mengolah emosi yang namanya stress tidak terelakan, yang rasanya dunia dalam rumah sudah aman-aman saja ternyata tidak seaman yang saya pikirkan, apalagi dengan embel-embel pandemi yang dapat menimbulkan tingkat stress lebih tinggi. Duh, ini waktunya belajar bagaimana menginvestasikan upaya sadar kita untuk memecah masalah dan atau antarpribadi dalam mentolerir stress.
Pada praktiknya upaya mentolerir stress ini juga berbeda-beda, ada yang positif dan ada yang negatif. Upaya ini disebut Coping Stress;
Adaptif: Upaya yang efektif dalam mengatasi sumber stress dan dapat membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Maladaptif: Upaya yang kurang efektif dalam mengatasi sumber stress dan justru dapat menyebabkan timbulnya masalah baru.
Percaya atau tidak ternyata jika kita menjadi sangat produktif ketika memiliki satu masalah dan nyaman melakukannya, hal itu adalah upaya adaptif mengatasi sumber stress. Gak nyangka, rumah yang rapih, kulkas yang bersih, buku-buku yang tersusun cantik sesuai warna dalam raknya, tanaman hias yang sangat terawat dan proyek kriya mangkrak yang terselesaikan adalah bukti cara saya mengatasi stress. Kalau begitu stress ajah terus biar rumah rapiiih! Yeee, gak gitu juga kali… XD
Mengatasi Stress
Ada banyak cara mengatasi stress atau meminimalisirnya diantaranya memberdayakan diri, mengalihkan dengan hal-hal yang bermuatan positif, memenuhi kebutuhan dan yang terpenting mendekatkankan diri kepada Tuhan.
Setelah Coach Ochy berbagi banyak mengenali apa itu stress, apa pemicunya, bagaimana solusinya di tengah masa pandemi ini, kami diajak dalam kelas-kelas kecil untuk dicoaching lebih dalam. Di kelas tersebut saya berkesempatan bertemu dengan Coach Yenni yang sedari tadi menjadi moredator pada kelas besar. Kami berlima peserta yang ada diminta untuk menggali lebih dalam serta memisahkan lalu menuliskan apa saja yang sudah dilakukan dalam usaha mengatur diri dan yang harus atau belum dilakukan mengelola emosi negatif. Ada banyak perilaku yang sudah saya tuliskan dalam kolom yang sudah dilakukan, sementara kolom sebelahnya sudah tidak ada.
Saya juga bingung, apakah karena saya yang terlalu positif atau terlalu all out, cepat mengatasi masalah hingga tidak ada masalah yang perlu saya pikirkan berlarut atau karena tidak mau mengakui kalau saya punya masalah. 5 menit berlalu, 10 menit, 15 menit, saya terus berusaha mencoba mencari lebih jauh, mengoreksi, salahnya di mana sampai seperti itu. Akhirnya saya mendapati kalau akhir-akhir ini saya cenderung menjadi lebih pendiam, dan menjadi lebih pendiam itu ternyata temasuk kategori stress berat. Udah stress berat pula, ahahahahhah.
Bersyukur dalam kelas ini saya cepat menyadari hal tersebut, kalau tidak mungkin saja selamanya saya akan mengatasi stress dengan upaya yang kurang efektif, menyimpan tapi tidak melupakan –hallah!-. Ternyata benar saja mengakui sesuatu yang negatif itu tidak selamanya buruk. Perasaan negatif hadir untuk menjadikan segalanya lebih baik, kata Coach Ochy setelah kami kembali berkumpul dalam kelas besar.
Sampai di sini saya benar-benar setuju dengan pernyataan Coach Ochy tersebut, ada hikmah yang besar ketika kita dapat menerima hal-hal yang selama ini kita berusaha tutupi, berusahalah untuk mengatasinya bukan menghindarinya, semoga kita menjadi pemaaf walau tidak melupakan –Eh-. Jangan salah, ingatlah bahwa ikhlas itu adalah ridho bukan hanya rela. Terima kasih INSIGHT Indonesia.
INSIGHT Indonesia Web: https://www.insightgroup.co.id/ Instagram: @insightgroupid Telephone: 082260070003
Setiap kali ngobrol bareng Coach Ochy atau ikut kelas yang diadakan Insight, rasanya selalu ada aja ilmu kehidupan yang saya dapat.
Termasuk juga waktu baca review A.Unga setelah ikut kelas online tentang stress ini.
Alhamdulillah
Menohok tuh awal kalimat Unga di paragrap pertama. Soalnya itu guweh banget hahahahaa…. makanya setelah ikut coaching kemarin sampe nangis tp alhamdulillah hati jadi plong.
Baru mi semua orang rasakan sekarang ya namanya kurang piknik itu bagaimana, semoga tetap sehat dan bahagia walaupun pandemi..
Ternyata gejala gangguan jin dan stres hampir sama yaa, duh serem juga ya. Intinya memang harus ikhlas dan banyak berdoa yaa, inshaallah klo doa dan usaha dijadikan benteng, kita bisa selamat dari hal-hal yang merugikan. Stress management ini salah satu usaha yang bisa kita lakukan.
wah nanti kalo ada coaching selanjutnya, aku pengen ikut ah 😀
Waduh… saya termasuk orang yang saat ini sering pegal, otot tegang, susah tidur dan sesekali sakit kepala.
Stress ka kapang di? 😀
saya menyesal tak ikut kelas ini. sudah diajak tapi sayang bertepatan dengan jadwal babysitting..
Enak ya Mba ikut acara insight ini.
Jadi kita bisa mengelola stres secara positif. Hasilnya juga pasti positif ya..
pas awal adanya covid19, aku mengalami stress berlebihan karena merasa khawatir dan cemas dengan berita yang muncul, terlebih suasana jadi sepi banget secara mendadak tapi ketika tau cara mengatasinya jadi sedikit demi sedikit berkurang.
Kelas seperti ini memang pasti banyam yang butuh sih. Apalagi para kaum urban milenial ditengah serangan pandemi. Managemen stress sangat penting agar berhasil melewatinya.
Ini kelas penting dan perlu banget pada saat ini Kak karena dengan adanya wabah covid-19 ini semua mudah tersulut karena stress.
wah perlu bngt nih ya dipelajari manjemen stress palagi dimasa pandemi skrg ini..mksh sharingnya kak..
Ooh, ada insight yang Unga peroleh ya. Alhamdulillah jadi lebih menggali diri sendiri ya.
Wah ini keren ya kelasnya, kelas Stress Management for your wellbeing, yg diadakan Insight Indonesia. Mengakui kl kita punya masalah itu baik ya setidaknya jd ngerti apa yg baik untuk dilakukan buat diri kita ya
Saya stress gak ya..
Saya doyan tidur. Diajak jajan mie aceh selalu antusias.
Hati juga senang senang aja, padahal masakan awut awutan tapi teteup disantap pak su dan anak anak sampai ludas.
Saya apa mereka ya yang stress 🤔🤔
Saya yakin hampir semua orang di awal pandemi terjadi akan mengalami stress hanya saja tingkatannya berbeda-beda. Memang diri kita sendiri yang bisa memanajemen stress ya mbak. Cari kegiatan yang dirasa mampu menurunkan tingkat stress.
Saya belum pernah ikut kelas dari insight nih. Bahasannya menark, karena sekarang banyak banget yang mentalnya terganggu akibat kondisi sekaraang
Kondisi saat ini memang rentan memicu stress. Hari2 yang terasa monoton memang memicu ketegangan mental. Sangat baik mengikuti couching seperti ini. Agar lebih bisa menyalurkan emosi.
Sungguh belajar ikhlas itu ternyata berat, ikhlas itu ridgo dg segenap ketulusan bukan hanya rela huhu bener banget dah
Aku punya guru meditasi yang selalu menyarankan kami semua untuk meluapkan saja segala rasa yang ada termasuk kekecewaan, kesedihan, atau kemarahan. Mengafirmasi diri secara positif itu baik, tapi jangan mengingkari apa yang kita rasakan. Bagaimana mau memperoleh jalan keluar jika kita sendiri nggak mengakui bahwa ada perasaan buruk yang kita rasakan. Dipendam bukan berarti akan menghilang. Ini malah akan tumbuh lagi dan mencuat ke permukaan entah kapan.
Setuju deh mengenai mengakui perasaan yang buruk itu.
Potensi untuk stress memang tinggi sekali ya di masa pandemi ini.
Emang kondisi yang gak normal kayak biasanya ngaruh banget ke psikis kebanyakan orang.
Salah-salah sikap bisa senggol bacok ,hehe
Ini kelas yang sangat menarik…..
Saya juga menerima hal negatif yang saya terima dan rasakan sebagai bagian dari hidup. Juga insight untuk tidak melakukannya pada orang lain karena tahu itu buruk.
Biasanya saya jatuh sebentar lalu cepat bangkit.
Sayangnya tidak semua orang unbreakable, jadi saya tak mau membalasnya.