Pernah mengalami hal seperti itu?
Ya, saya pernah. Tapi bedanya saya terjebak oleh dinamika perumusan dan diagram pada mata pelajaran ekonomi. Saya yakin, 90% hasil dari soal ekomoni untuk ulangan waktu itu tidak akan saya terapkan nanti. Buktinya, hari ini, tanpa diagram itupun saya baik-baik saja, masih bisa makan tumpeng ultah AM yang ke-tujuh dan jalan-jalan ke paris (iyyah, nanti kalo ada rejeki fufufu…) #7ThnAM
Malangnya, hanya karena diagram tolol dan jawaban yang menurut guru ekonomi saya sama tololnya dengan apa yang saya pikirkan tentang diagram itu, nilai ekonomi saya di raport, merah, angka 4 yang ditulis dengan sempurna menggunakan tinta merah dari pulpen kesayangan wali kelas saya, tertera dalam rapot kelas 1A caturwulan ke-tiga, membuat saya menghabiskan hidup di kelas 2 dengan anak-anak yang diragukan untuk masuk IPA. Emangnya, di kelas IPA nanti ada pelajaran ekonomi ? ada ? gak ada !
Tapi sudahlah, saya sudah memaafkan mereka… #halah. Karena saya percaya padaNya, kalau kita harus saling memaafkan.