Saya sudah yakin sejak sebulan yang lalu, tepat di mana saat terakhir saya berkunjung ke dokter di poli sebuah rumah sakit swasta bertaraf internasional yang tidak mau saya sebutkan namanya, khawatir nanti curhatan ini membawa saya pada perkara besar yang kekinian. Maka, sebut saja rumah sakit S.
Saya memang pasien rawat jalan, setelah sebelumnya pernah menjadi pasien rawat tidak jalan :D. karena merasa cocok dan nyaman dengan dokter yang membantu saya sebelumnya, sayapun datang kembali. Lagian saya yakin medical record saya sudah berada di tempat yang tepat.
Jadi, setelah diperiksa dokter, beliaupun meresepkan saya beberapa jenis obat, diantaranya obat racik, obat anti nyeri dan beberapa obat lainnya. Kali ini saya menggunakan asuransi. Ketika hendak menebus resep tersebut, ternyata loket pengambilan obat untuk asuransi tidak sama dengan loket pengambilan obat non asuransi. Jadi resep tadi saya bawa ke loket farmasi yang berada di lantai satu.
Saya lalu menyerahkan resep tersebut pada petugas farmasi yang berada di loket, kemudian dia memberikan nomor antrian. Melihat nomor antrian tersebut, tentu saja saya menanyakan berapa lama obat itu akan selesai, sebab yang saya lihat tidak ada orang yang duduk mengantri. ” Lama yah obatnya Mbak?” Tanya saya saat itu, dan kata petugasnya, “Iya lama, karena diantaranya itu ada obat racik”. Jadi saya memutuskan untuk pergi dulu karena kebetulan ada janji dengan orang, dan meminta tolong suami saya untuk mengambilkan obat tersebut nantinya yang kebetulan juga menemani saya saat itu.
Malamnya, suami saya mengingatkan untuk segera meminum obat yang diambilnya sore tadi. Ketika saya lihat, hanya ada satu jenis obat. Lalu saya-pun menanyakan hal ini dengan sedikit pedebatan dengan suami. Karena saya yakin dalam resep yang diberikan dokter tadi bukan hanya pereda rasa sakit. Jadi saya memutuskan untuk tidak mengkonsumsi obat tersebut, lagian obat pereda rasa sakit tidak akan menyembuhkan, toh nyerinya masih bisa saya tahan, walaupun sampai membuat keringat dingin :D.
—
Dan benar saja, pagi ini suami saya menanyakan berapa jenis obat yang saya ambil sebulan yang lalu. Terus terang saya kesal dengan pertanyaan itu, yang ngambil obatnya kan dia, pastinya dia tahu dong berapa banyak obat yang ada di saya.
Selidik punya selidik, ternyata report dari asuransi menyebutkan ada 9 jenis obat yang diresepkan dokter, dan beberapa diantaranya akan diracik dengan tagihan hingga mencapai 8 digit XD. Tapi oknum petugas farmasi rumah sakit S hanya memberikan suami saya 1 obat berserta copy resep yang memang menuliskan hanya satu obat tersebut saja. Kemana yang lainnya? hahahahah… :))).
Yaa~ sebenarnya sejak sebulan lalu, ketika diberikan obat tersebut, saya hendak ke rumah sakit S untuk mengkonfirmasi kepada oknum petugas farmasi rumah sakit S yang lugu itu, tentang obat yang dia berikan kepada suami saya tercinta, yang dengan percaya dirinya, dia mengatakan hanya obat itu saja yang diresepkan dokter. Tapi karena terlalu lelah dan tidak mau berdebat dengan suami, jadi saya memilih diam.
Begitulah suami, berbeda dengan saya, suami lebih selalu memilih menyelesaikan masalah dengan kedamaian dan kadar sabar yang tinggi, padahal tengah didzolimi. Sedang saya, bukan tipe jenis yang seperti itu. Saya manis dan baik hati, tapi terkadang terlalu bersemangat menumpas ketidak-adilan sehingga dapat berubah menjadi emak-emak rese yang sangat menyebalkan. Itulah mengapa saya bercita-cita ingin menjadi Sailormoon!.
Tapi sudahlah saya menghargai suami saya, yang saya yakini dia gak mau merepotkan atau membuat orang lain merasa bersalah, atau lebih tepatnya menyelamatkan petugas farmasi itu dari emak-emak rese yang sangat menyebalkan ini.
Beruntung saat itu saya menggunakan asuransi. Tapi sayangnya, jika hal ini tidak diluruskan, bisa saja merugikan orang banyak. Dan yang menjadi pertanyaan, apakah petugas farmasi boleh mengubah atau mengurangi resep dari dokter dalam copy resep?. Mohon pencerahannya… dan apa yang harus saya lakukan?.
Selebihnya kita doakan saja oknum tadi supaya banyak rejeki dan sehat selalu, Aamiin.