Deritan rel-rel garasi membuka pagi di kompleks perumahan Tabaria, Makassar. Saya masuk ke mobil setelah melempar senyum dengan sedikit anggukan ringan ke tetangga yang juga sedang membuka garasi mobilnya. Menyusul suami masuk ke dalam kendaraan, duduk di sebelah kemudi lalu mengikutinya menurunkan kaca mobil dalam –dalam untuk menyapa satu blok tetangga yang akan kami lewati.
“Kak, nanti kalau kita bangun rumah, buat yang minimalis saja, tapi ada parkiran di bawah untuk mobil, motor dan sepeda-sepeda, sekalian buat kolam ikan koi, supaya ndak parkir di jalan kayak bu Hana ”. Tawar saya kepada suami membuka percakapan lalu disambut lirikan tajam saat mobil kami melewati tumpukan pasir, semen dan 2 mobil terparkir di depan rumah ibu Hana. “Kak, besok kalau dekorasi rumah fokus rooftop-nya juga, saya mau kasih pindah tanaman-tanamanku supaya endak dicabut-cabut orang” sambung saya lagi sambil melambaikan tangan untuk Mama Vino. ”Hemm!” Jawab suami dengan muka tertekuk berusaha tidak menggores badan mobil, melewati jalan depan rumah tetangga lainnya yang sedang membangun karena tertutup batako.
Kerap kali saya memang membuka obrolan kecil tentang impian merenovasi rumah saat melewati tetangga kami yang sedang membangun atau merenovasi, usaha menghantar kode walaupun apalah saya ini, seperti debu yang sekali tiup kode hilang. XD
Rumah saya terletak di salah satu blok kompleks perumahan, di ujung gang terportal yang hanya dapat dilewati 2 mobil dan nyaris bersenggolan ketika berpapasan. Dari tahun ke tahun bangunan di kanan dan kiri semakin menutup batas pandang hingga jika ingin melihat langit perlu benar-benar menengadah. Saya jadi ingat cerita teman, katanya di salah satu daerah di Indonesia, jika ingin membangun rumah bukan hanya luas tanah dan bangunan yang dihitung tapi juga tinggi bangunan, saya gak tahu apakah ini benar apa tidak, karena teman saya itu seringnya keliatan serius tahunya bercandaan, sebaliknya kalau becanda ekspresinya serius banget, jadi kalau dia ngomong hanya Allah dan para malaikatnya saja yang tahu becanda apa tidak sampai dia ngaku sendiri. Continue reading “Mahakarya Kualitas Dunia dari Anak Bangsa”