Kindness Matters

rebloggy2

Saya jadi bingung ketika semua orang mulai berlomba-lomba membeberkan berbagai macam keahliannya dalam berbagai bidang. Saya jadi sedikit termenung dan memikirkan hal-hal apa saja yang telah saya lakukakan sehingga dapat dibanggakan seperti mereka. Ternyata, semakin saya berpikir, semakin saya tidak menemukan apapun di sana. Atau mungkin saja saya iri karena tidak bisa seperti mereka, atau mungkin saya sudah lelah dan berada dalam titik jenuh tentang semua hal ini (ciyeee gaya!). Saya jadi ingin hidup biasa-biasa saja tanpa harus menjadi yang terbaik untuk satu sisi kehidupan ini, yang sifatnya hura-hura… Eh. Atau mungkin saya terlalu menyimpan harapan besar pada sesuatu yang ternyata tidak terlalu besar untuk diharapkan.

Seperti satu hari ketika saya bertemu –sebut saja- Disa, kami menyempatkan diri untuk pergi jalan-jalan sore bersama. Di tengah perjalanan dari utara ke selatan Makassar, kami mengobrolkan apa saja yang tidak sempat kami bicarakan beberapa tahun terakhir. Hingga bercerita tentang apa-apa yang telah kami lewati selama ini. Kata Disa, saya banyak berubah, tapi perubahan yang dikatakannya tidak seperti sebelum-sebelumnya; tambah cantik misalnya atau tambah baik misalnya.
Continue reading “Kindness Matters”

Tiga Warna Pasir Dari Hawai

image

Saya begitu bahagia mendapatkan oleh-oleh ini. Buah tangan dari seseorang yang hampir berusaha saya lupakan sepenuh hati. Ya, saya berusaha melupakannya dan berusaha menganggap kehidupan saya akan baik-baik saja tanpa dia, mungkin :). Walaupun saya menyadari ada kesalahan dari hal tersebut, jujur saja saya akan menangis diam-diam bila mengingat apa yang pernah kami jalani bersama; kebahagiaan, kesedihan bahkan cinta dan ketulusan.
Lalu, hanya karena satu dan lain hal membuat kesalah-pahaman diantara kami itu semakin menjadi-jadi. Maka semuanya pun begitu mengesalkan untuk dikenang. Walaupun sejauh yang saya tahu, saya menyadari, saya bukanlah orang yang terlalu mudah terjebak dalam kemarahan untuk beberapa hal sepele atau bahkan berat sekali pun. Tapi akan sulit menerima bahwa semuanya akan baik-baik saja jika memang benar amat menganggu. Hingga saya pun memutuskan untuk tidak lagi akan mau peduli dengannya, bahkan melupakannya. Ternyata, saya tidak dapat membohongi perasaan ini, saya bersedih, terlalu bersedih hingga menguras energi :(. Ya, saya bersedih karena akan kehilangan satu orang menyenangkan sekaligus menjengkelkan yang pernah saya kenal, sahabat.

Lalu berceritalah dia tentang bagaimana suka cita dan bersemangatnya dia mengumpulkan pasir dengan tiga warna berbeda, juga dari tiga pulau yang berbeda di kepulauan Hawai, dan akan dibawanya serta saat berkunjung kembali ke Indonesia.
Sungguh saya pun bengong dan haru dibuatnya XD.

Terima kasih…

Review Blog; DaengGassing[dot]com

daeng gassing2

Maka dengan meluruskan niat dan mengucap basmallah tentunya, saya mulai membuka kembali blog daeng Ipul; DaengGassing[dot]com.

Syaifullah Daeng Gassing, begitulah saya mengenal nama Daeng Ipul. Saya melihat Bapak dengan dua orang anak ini untuk pertama kalinya saat menjadi moderator dalam salah satu acara yang digelar oleh Komunitas Blogger Makassar – AngingMammiri diawal-awal komunitas ini sedang tumbuh, lebih kurang tujuh tahun yang lalu.

Saya, kami, juga bersama teman-teman lainnya yang selalu bersemangat, terlibat banyak hal dalam melanjutkan tongkat estafet ke-eksisan gerombolan huru-hara yang berbahagia ini. Bersyukur saya mengenal mereka, kebersamaan yang penuh dengan kebahagian serta toleransi. Continue reading “Review Blog; DaengGassing[dot]com”

Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya; Maman Suherman

sudah minta ijin sama yang punya photo
sudah minta ijin sama yang punya photo

Saya tahu sekarang siapa itu Maman Suherman. Dia bukan saja laki-laki botak yang dulunya juga punya rambut, pelaku belakang layar beberapa program televisi, notulen Indonesia Lawak Klub yang tampil disetiap akhir acara, seorang penulis dengan beberapa bukunya yang wajib (saya) baca, wartawan berhati lembut (ciiyeee…), atau seorang ayah yang begitu ingin mendandani putrinya dengan hijab warna-warni penuh bunga. Tapi dia juga seorang anak dari ibu yang luar biasa.

“Jangan menilai buku dari sampulnya”. Sekali lagi pernyataan itu saya dengar saat Maman Suherman tengah mengisi obrolan santai kemarin malam (16/03/15) di sebuah kedai pojok kota ini, Makassar. Pernyataan ini sedikit banyak membuat saya risih. Dimana-mana setiap orang secara gak sengaja ataupun sengaja, selalu menggunakan pernyataan tersebut untuk membuktikan kwalitas sebuah produk yang jauh lebih bernilai dari kemasannya. Namun terkadang, pernyataan ini beralih fungsi menjadi perumpamaan. Misalnya ketika menggambarkan orang jelek yang ternyata punya satu kunci-kunci dunia talenta dan cerita menarik #Eh. Continue reading “Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya; Maman Suherman”

Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya; Maman Suherman

sudah minta ijin sama yang punya photo
sudah minta ijin sama yang punya photo

Saya tahu sekarang siapa itu Maman Suherman. Dia bukan saja laki-laki botak yang dulunya juga punya rambut, pelaku belakang layar beberapa program televisi, notulen Indonesia Lawak Klub yang tampil disetiap akhir acara, seorang penulis dengan beberapa bukunya yang wajib (saya) baca, wartawan berhati lembut (ciiyeee…), atau seorang ayah yang begitu ingin mendandani putrinya dengan hijab warna-warni penuh bunga. Tapi dia juga seorang anak dari ibu yang luar biasa.

“Jangan menilai buku dari sampulnya”. Sekali lagi pernyataan itu saya dengar saat Maman Suherman tengah mengisi obrolan santai kemarin malam (16/03/15) di sebuah kedai pojok kota ini, Makassar. Pernyataan ini sedikit banyak membuat saya risih. Dimana-mana setiap orang secara gak sengaja ataupun sengaja, selalu menggunakan pernyataan tersebut untuk membuktikan kwalitas sebuah produk yang jauh lebih bernilai dari kemasannya. Namun terkadang, pernyataan ini beralih fungsi menjadi perumpamaan. Misalnya ketika menggambarkan orang jelek yang ternyata punya satu kunci-kunci dunia talenta dan cerita menarik #Eh. Continue reading “Jangan Menilai Buku Dari Sampulnya; Maman Suherman”

Antara Makanya Dan Mangkanya, I Dunno

designdoorsMenulis, adalah salah satu bagian tersulit dalam hidup ini ketika kamu harus memperhatikan eja-an yang benar, penggunaan tanda baca, bahkan berpedoman pada KBBI (yang ini emang harus XD ) —menulis bukan hanya ketika kamu menciptakan sebuah cerpen atau novel saja. Nge-SMS, nge-WA, BBM-an atau komentar gak penting di laman orang pun bagian dari menulis—.

Walaupun sulit, sebenarnya hal-hal itulah yang dapat membuat tulisanmu enak dibaca, mudah dimengerti, bahkan menjadikan sebuah tulisan menjadi layak untuk dijual. Ibarat nyetir, kita ada di jalan tol. Enak kan, jalannya lempeng tanpa ada lubang. Nah begitu juga dengan tulisan yang baik dan benar.

Continue reading “Antara Makanya Dan Mangkanya, I Dunno”

#Bombema – Bom Benang Makassar

Catalog of Yarn Bombing Makassar 2014Kemarin adalah hari perdana pemutaran dokumenter Bom Benang 2014. Bom Benang 2014 merupakan event tahunan yang digelar oleh Komunitas Perajut Makassar, Quiqui. Dan mengambil tema Benang di Halaman, mengajak kita untuk sedikit mengenang kembali hangatnya sebuah halaman.

Melibatkan masyarakat luas utamanya mereka yang terkasih, para tetangga untuk turut serta melilit benang dan meminta kesediannya menjadikan halaman serta pagar-pagar mereka menjadi bagian dari galeri. Yang mana proses ini merupakan bagian dari pra event festival Bom Benang 2014. Bukankah mengambil sedikit perhatian dari lingkungan terdekat adalah awal dari sebuah perubahan yang besar?. Ciyee…

•••

Saya mengenal komunitas ini (lagi-lagi) dari kak Nanie. Hari itu, beberapa tahun yang lalu, kak Nanie memang sempat mengajak saya untuk ikut kelas merajut yang katanya digagas oleh Eka –salah seorang crafter Makassar dengan Camane Craft sebagai branding produknya-. Tapi sepertinya saya belum memiliki waktu yang tepat untuk bergabung dalam kelas-kelas merajut tersebut. Hingga mereka menggelar sebuah acara melilit benang, membalut sebuah pohon besar. Sebenarnya saya sempat menemani kak Nanie untuk mengambil jatah benang untuk keikutsertaanya pada event tersebut. Tapi saya belum berani menawarkan diri untuk membantu. Padahal dalam hati, ingin sekali menjadi bagian dalam membalut sebuah pohon. Itulah ya, kenapa berterus terang selalu lebih berharga daripada diam-diam menahan rindu… pppfft.

Sejak saat itu, ketertarikan saya dalam seni kriya khususnya dunia benang dan kait mengait ini terus berlanjut, mengalir seperti air, merona seperti senja bahkan tabah – setabah hujan bulan Juni XD. Dan saya pun mulai membeli jarum dengan ukuran yang benar sebagai bagian dari standar kelayakan mutu rajutan (hallah !). Lalu menumpuk benang-benang cantik sebagai bagian dari penyakit naga –yang katanya suka mengumpulkan harta karun-. Hingga membuka kelas sederhana untuk mengambil hati para tetangga dan berbicara dari hati ke hati tentang betapa terganggunya saya dengan tumpukan sampah di tanah kosong samping rumah yang mereka buang tanpa rasa malu dan bersalah.

Lalu akhirnya saya berhasil menjadi bagian dalam event Bom Benang Makassar 2013 di Taman Segitiga Makassar. Luar biasa rasanya bisa ikut serta memamerkan karya, Mejik! (maklum, sedikit banyak saya memang tukang pamer soalnya :|). Dan di tahun berikutnya Bom Benang Makassar 2014 – Benang di Halaman memberikan kami ruang sebebas-bebasnya untuk berekspresi.

Hingga suatu pagi, saya ngantor tanpa mandi karena air yang tidak mengalir – suram! . Saya benar-benar kesal hari itu, yang kemudian membuahkan ide untuk mengangkat masalah krisis air ini menjadi karya yang akan saya ikutkan dalam Bom Benang 2014 (belakang diketahui, ketika saya kesal akan banyak ide yang bermunculan! XD #Ngek)

Maka jadilah sebuah ember berbungkus rajutan dengan warna dasar coklat yang terinspirasi dari tanah –air tanah ceritanya- hingga warna pola dari perusahaan air bersih yang ada di negeri ini XD (hahahah sok banget XD ). Tak hanya ember, saya juga menyertakan selang yang dibungkus rajutan, keran air, dan aliran air. Sayangnya, saya kurang tanggap ketika mendapati karya saya ini hanya diletakkan begitu saja seperti tidak berguna di salah satu sudut ruang pamer hari itu. Saya pikir memang didisplay seperti itu, ternyata tidak XD. Jadilah siang itu saya menempelkan seadanya karya saya yang luar biasa itu pada sebatang bambu. Sepertinya saya memang tidak berbakat jadi seniman hahaha… =)))).

Lalu hari ini saya mendapatkan kejutan yang luar biasa. Seseorang diluar sana mengagumi karya saya dan menuliskannya dalam sebuah blog, bisa dilihat di sini. Saya pun kembali bersemangat dan merasa berhasil menjadi seorang seniman. Terima kasih…

Sampai ketemu di Bom Benang tahun ini. Silakan dinikmati dokumenter Bom Benang Makassar 2014.

Karya : Yunita Maretha

Manisnya Macaroon (purse) Dan Sepotong Senja Di Karebosi

cats

Hampir tidak mungkin saya akan menghabiskan waktu sambil menikmati senja di salah satu sudut lapangan ini, Karebosi. Jika tidak untuk menunggu jemputan. Sabtu itu saya memang ada undangan untuk mengisi kelas craft yang kebetulan diadakan di Karebosi yang berakhir hingga sore hari. Sisi lain kehidupan saya yang membuat saya bahagia tentunya.

Maka berterima kasihlah saya kepada Dini (dini.erha – momenio), yang telah membiarkan saya menggantikannya hari itu. Kelas craft kali ini adalah membuat Macaroon Purse, menggunakan tutup galon dan tetra pack juga kain-kain cantik. Sehari sebelumnya saya memang telah menyediakan kain-kain cantik dari koleksi saya untuk kelas ini. Saya juga menyediakan charm spesial sebagai hadiah kepada para peserta tentunya.

Sayangnya, saya kekurangan ritsleting. Ritsleting yang saya punya adalah ritsleting besi yang kurang cocok untuk proyek kali ini, sebab sering nyangkut dan membuat macaroon susah terbuka. Maka sebelum saya menuju tempat kelas tersebut akan berlangsung, saya mampir di rumah tante saya. Di sana beliau pasti memiliki ritsleting karena memang memerima jahitan. Tanpa sungkan saya pun mengambil banyak ritsleting tanpa menghitungnya yang disambut dengan ekspresi aneh tante saya. Dan sebelum beliau bereaksi lebih aneh lagi atau berubah pikiran, sesegera mungkin saya berpamitan XD.

Sampai di lokasi, saya sempat kebingungan menemukan booth Sekolah Alam Bosowa tempat saya akan membuka kelas. Setelah mengandalkan insting dan reka tempat kejadian (#pret) saya menemukan satu sudut berwarna-warni dengan aura keceriaan dimana-mana, nah disanalah tempat saya seharusnya :D. Bahagianya saya dapat bertemu dengan kak Yuni -yang memang melalui dia lah saya berhubungan untuk kelas ini-, pemilik akun Yufinats. Taraaaa! Saya memang selalu ingin bertemu dengan kak Yuni, setelah selama ini hanya dapat menikmati karya-karyanya hanya dari akun instagram miliknya.

Sangking takjubnya saya sampai lupa dengan tujuan saya sebenarnya berada di tempat itu (ya begitulah jika emak-emak bertemu idola XD).

Akhirnya saya pun memulai kelas pertama dengan peserta dua orang ibu muda yang cantik-cantik. Selain cantik mereka juga gak rese loh. Padahal, sejauh perjalanan hidup saya, biasanya ( biasanya loh yah) ibu-ibu muda (yang merasa) cantik memiliki kekuatan alam yang cukup menyebalkan (sombong, lebay dan sering lose focus), tapi tidak dengan mereka. Saya pun senang mengajarnya. Dan yang lebih menggembirakan, kami hanya membutuhkan waktu lebih kurang satu setengah jam untuk menyelesaikan kelas pertama dari estimasi waktu 2 jam, yaiiiy \m/.

Lalu dikelas kedua saya memiliki 3 peserta, mereka adalah anak-anak yang amat menyenangkan dan kritis. Sangking kritisnya mereka mengakhiri kelas dengan tempelan double tape dimana-mana, bahkan di wajah Eka, teman saya. Dan anak-anak bersemangat tadi membiarkan saya menyelesaikan macaroon purse kerjaan mereka, haha… *kandattosatu-satu.

Lalu, dimanakah sang pacar yang sedari tadi saya tunggu untuk menjemput saya? Sementara hari akan menggelap dia tak kunjung datang :P. Beruntung dalam penantian itu saya tidak sendiri, ada seseorang teman- yang terus terang saya kagumi, sebut saja namanya Eka, menemani saya menunggu hingga saya dijemput oleh sang pacar. Continue reading “Manisnya Macaroon (purse) Dan Sepotong Senja Di Karebosi”

Yuk, Berkebun Di Rumah

thyme
photo : motherearthliving

Walaupun sejauh ini tidak pernah berhasil berkebun dengan baik (kecuali berkantung-kantung bawang yang tumbuh di dalam kulkas), sampai dengan saat ini, tetap selalu membuat saya bersemangat ingin memiliki banyak tanaman cantik dan berkebun. Karena begitu luar biasanya berkebun (selain crafting tentunya) saya ingin berbagi tentang hal ini. Untuk dapat berkebun, kamu harus berusaha mencintai tumbuh-tumbuhan terlebih dahulu. Kalau tidak dapat mencintai semuanya, kamu cukup memilih satu untuk kamu cintai seumur hidupmu. Lalu cintailah ia dengan sederhana hingga waktu yang menjawab segalanya… hallah!.

Sebetulnya kamu tidak harus memiliki tangan yang dingin untuk berkebun. Cukup hati yang dingin untuk memulainya, hati yang dingin jika tanahnya dipenuhi kutu, hati yang dingin jika di berantakin kucing, dan hati yang jauh lebih dingin jika dipanen sebelum waktunya oleh bayi-bayi ajaib yang luar biasa (baru nongol tunas kecil ajah udah pada dipetikkin dengan suka cita, sabar yah Nga…).

Nah untuk memulai berkebun tentunya kamu harus memiliki, media tanam, benih, sekop kecil dan pot (atau sebidang tanah dibayar tunai! Sah?… saaah!~). Continue reading “Yuk, Berkebun Di Rumah”

Oknum Petugas Farmasi : Dimana Salahnya?

keselSaya sudah yakin sejak sebulan yang lalu, tepat di mana saat terakhir saya berkunjung ke dokter di poli sebuah rumah sakit swasta bertaraf internasional yang tidak mau saya sebutkan namanya, khawatir nanti curhatan ini membawa saya pada perkara besar yang kekinian. Maka, sebut saja rumah sakit S.

Saya memang pasien rawat jalan, setelah sebelumnya pernah menjadi pasien rawat tidak jalan :D. karena merasa cocok dan nyaman dengan dokter yang membantu saya sebelumnya, sayapun datang kembali. Lagian saya yakin medical record saya sudah berada di tempat yang tepat.

Jadi, setelah diperiksa dokter, beliaupun meresepkan saya beberapa jenis obat, diantaranya obat racik, obat anti nyeri dan beberapa obat lainnya. Kali ini saya menggunakan asuransi. Ketika hendak menebus resep tersebut, ternyata loket pengambilan obat untuk asuransi tidak sama dengan loket pengambilan obat non asuransi. Jadi resep tadi saya bawa ke loket farmasi yang berada di lantai satu.

Continue reading “Oknum Petugas Farmasi : Dimana Salahnya?”